Minggu, 22 Maret 2015

Cerpen

MAWAR UNTUK MU

Berkali-kali gadis itu menatap keluar jendela,dirasakannya angin semilir sore tak seindah kemarin.Berkali-kali pula gadis itu menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga terangkai indah berwarna-warni ditangannya.Bagai kilatan yang menyambar hati,bahkan tamparan ribuan peluru terasa menghujam.Pikirannya menerawang,bagai memutar memori masalalu,dimana semua penyesalan itu berawal..berawal merajut kisah yang tak dapat dianulir hati.
"Kak,udah waktunya".Gadis itu menoleh sejenak,mengikuti suara yang memanggilnya.Dia berharap waktu berhenti sekarang juga.Gadis itu beralih menatap jendela lagi,memejamkan matanya,mencoba memutar ulang kenangan yang menyayat hati,dimana sebuah penyesalan terajut rapi bagai kisah ironi.Dimana keegoisan diri membuat hal yang indah tak kunjung berakhir sempurna.<br />Mawar Putih Terajut Pilu<br />Gadis itu memutar kembali memori masalalu,dimana dia kehilangan seorang yang berarti,namun tak pernah dia sadari karna keegoisan diri,kini penyesalan tak dapat di hindari.<br />_<br />"Kak rene,ini bunga dari kak johan,tadi dia nitip ke aku pas aku pulang sekolah".Rene menatap penuh mawar berwarna putih lembut dengan daun berhias rapi,lalu mengambilnya,dan menaruhnya kedalam tempat sampah yang berisi penuh mawar putih.Ini yang ke 100 kalinya Rene menerima mawar putih bunga kesukaannya dari seorang pria yang tak pernah dia sukai,Johan.Andin,adik Rene menatap santai perlakuan kakaknya,tak heran karna dia sering melihat pemandangan itu.Hanya saja dia cukup prihatin,diamana Johan adalah lelaki yang baik,yang rela membeli 100 bunga mawar putih yang pada akhirnya berakhir pada tempat sampah.<br />"Kak,gak bagus loh kayak gini terus".Andin duduk di tepi tempat tidur,menatap sebuah bungkusan kado bewarna-warni yang dapat menarik hati,siapa lagi kalau bukan dari kak Johan untuk kak Rene yang kini bahkan acuh padanya.Lelaki malang.<br />"Aku emang gak suka sama dia kok ndin".Ucap Rene santai sambil sibuk menyisir rambut lurus sebahunya.Andin menghela nafas panjang,berusaha menahan emosi hati yang kini merayap."Kakak gak boleh gini,bilang dong sama dia,kasian dia kak,tiap hari kakak acuh terus sama dia,padahal dia sering nolong kakak".Andin berusaha mengontrol nada suaranya agar terdengar biasa saja.<br /><br />Dimata Rene Johan bukanlah orang spesial,namun seorang yang selalu mengganggunya.Rene sering memanfaatkan kebaikan Johan demi egonya.Jahat memang,tapi dia tak punya pilihan lain ketika lelaki itu tak peduli meskipun dirinya mengatakan bahwa dia tak menyukai lelaki itu. "Gapapa,cinta itu datang karna terbiasa kok".Itulah yang selalu diucapkan Johan yang diiringi dengan wajah penuh senyuman,tak tersirat sedikitpun kesakitan dari wajahnya,namun Rene tak peduli,baginya Johan bisa saja menjadi pengusik ulung yang tak gentar mengusik dirinya.<br />"Sekarang kamu pergi!jangan ganggu aku lagi,kamu gak ngerti ya? kamu tuh pengganggu!".Sembur Rene tanpa ampun pada Johan.Seketika lelaki berkaca mata dengan rambut cepak ala taylor lautner itu pun menundukkan kepalanya,menggeleng dan mengangkat kembali wajahnya dengan dihiasi senyuman tulus.<br />"Tapi aku bener Ren..aku liat Niko jalan sama Nia..aku gak pernah ngada-ngada tentang itu".<br />"Alah!! kamu bohong! kamu cuma pengen buat Niko jelek dimata aku kan?..itu karna kamu dari dulu gak pernah bisa dapetin aku kan?,gak gini caranya Han!".Kini mata Rene menyiratkan amarah yang menggelegar.<br />"Aku gak pernah bohong tentang itu Ren..maaf kalau aku selama ini jadi pengganggu kamu..aku janji gak akan ganggu kamu lagi..aku nyerah Ren,mungkin aku harus nyerah buat dapetin kamu".Suara Johan terdengar parau,tersirat kekecewaan dalam di wajahnya,dari sepanjang perjuangan cintanya kini pada akhirnya lelaki malang itu menyerah dalam kesakitan.<br />Rene menatap punggung Johan yang kini kian menjauh.Dalam hatinya tersimpan rasa bersalah pada lelaki itu,namun itu tak sebanding dengan amarahnya yang mengutamakan ego.<br /><br />"Maksudnya apa?!!!".Rene mencoba menahan emosinya,nafasnya memburu tajam,tatapannya pahit menerkam.Niatnya untuk menjenguk dan mengantarkan makanan untuk kekasihnya tercinta kini harus berakhir dengan pemandangan yang tak dapat Ia anulir lagi,kekasihnya sedang berduaan dengan seorang wanita lain."Ren...aku bisa jelasin".PLAKKKK..tamparan itu berbunyi nyaring bagai kilat,tamparan yang bercampur dengan emosi yang tak tertahankan."Cukup Niko! kalian biadab!!".Rene berlari dengan air mata kebencian yang mengalir deras bak air terjun.Dengan rasa sakit yang kini menusuk ulu hati tak tertahankan.Rene benci dirinya,dan membenci dirinya yang tak mempercayai kata-kata Johan dan malah membela habis-habisan lelaki biadab itu,membuat Johan pergi dengan rasa sakit.<br />_<br /><br />Rene masih menatap kertas tebal dengan penuh ornamen bunga itu dengan rasa sakit yang kini barakhir pilu.Dengan huruf yang terangkai pasti,membuatnya tak rela melihat surat undangan itu,dimana lelaki yang kini mulai membuatnya jatuh kedalam rengkuhan cinta akibat penyesalan malah pergi dengan haluan lain,dengan ikatan sebuah pernikahan yang akan berlangsung 30 menit lagi.<br />"Ayo kak,upacara pernikahannya sebentar lagi,kita harus buru-buru".<br />"Ayo Ndin,kakak udah siap".Rene berbalik meninggalkan kamar dengan balutan gaun putih gading berenda yang amat cantik yang terhias rapi ditubuhnya yang ramping dan semampai.Rene telah siap menerima kenyataan pahit yang berakhir pilu ini,kenyataan yang membuatnya sadar bahwa inilah yang terbaik,dimana merelakan cinta pergi mungkin lebih baik daripada mempertahankannya dengan rasa sakit,Rene sadar bahwa itulah yang dirasakan Johan selama ini,dan kini dia harus merasakannya juga.<br /><br />''Ayo kak Buruan".Andin menyambutnya di bawah tangga,bersiap pergi dengan mobil x trail merah terang,mobil yang akan melaju melawan waktu untuk pergi menghampiri sebuah pesta pernikahan yang sangat berarti bagi Johan dan calon mempelainya.

Love Dessert "Maya Gita Lestari"

APALAH ARTI CINTAKU BAGIMU PUJANGGAKU

Awal yang indah, tumbuh dan mekar penuh harapan dan harapan itu tak sia-sia harapan itu terwujud pada tanggal 1 Maret 2013. Tepat hari Jum&rsquo;at itu Amay telah jadian alias berpacaran engan Faton. Sejarah itu ia abadikan dalam ingatan Amay karena ia begitu mencintai Faqton dan telah berjanji akan setia dengannya, tapi tak tau apakah Faton beranggapan yang sama atau tidak. Namun mereka diawal-awal itu begitu bahagia apalagi Amay tenti tak terhitung kebahagiannya apalagi seperti Fatonlah criteria cowok idamannya selama ini.
Hari-hari mereka lalui berssama dengan kerukunan dan senyuman hangat selalu. Mereka bersepakat untuk ketemuan/kencan sekali seminggu karena disamping itu sekolah mereka berbeda yang satu di SMPN * Batu yang satunya di SMPN * Batu. <br /><br />Namun hal itu seperti tak menjadi halangan bagi mereka untuk selalu melalui cerita indah antara mereka. Tepat hari Senin ia ketemuan di suatu tempat yang penuh dengan lautan anusia dengan kermaian kota dan bisingnya kendaraan tapi mereka tetap enjoy untuk menanggapinya karena bagi Amay sesuatu tak akan menjadi masalah asal bersama Faton. Apalagi itu waktu yang pertama kali merke ketemuan jadi Amay harus berkeliling kesana kemari mencari Faton karena baginya ia masih belum begitu hafal mukanya.<br /><br />Apalah Arti Cintaku Bagimu Pujanggaku<br />Tepat pukul 17.00 mereka bertemu, Amay yang ditemani sobatnya Nisa itu spontan hatinya mulai berdesir, lidahnya kaku, salah tingkah dan keberuntungan rasanya menimpa padanya.<br />&ldquo; udah lama nunggunya &ldquo; ucap Amay<br />&ldquo; ah gak sih, barusan kok &ldquo; balas Faton<br />&ldquo; Oh.&rdquo; ( ucap Amay sambil tersenyum dan tersipu malu karena didekat Faton )<br /><br />Suasana sempat hening sebentar mungkin karena Amay yang salting dan Faton yang bingung untuk memulai pembicaraan.<br />&ldquo; sreeeettttt&rdquo; suara hp Faton saat amay meminjam hpnya. Pertama-tama ia langsung membuka file Pesan untuk mengecek siapa saja yang ia sms dan ingin tau apa namanya di hp Faton.<br />&ldquo; sreeetttt&rdquo; Faton langsung menarik hpnya dan ia melarang pacarnya itu memgang hpnya karena ada sesuatu yang membuat ia harus menjaga baik-baik hp itu.<br />Lama mereka berbincang-bincang bercanda tawa, saat itu Nisa sudah pulang duluan karena ia sudah dijemput ayahnya. Jadi mereka hanya berdua bersama di tempat itu. Lalu lalang orang berjalan melewati jalan didepan mereka. Dengan bercanda mereka menjadikan orang-orang tersebut bahan canda mereka. Jadi suasana saat itu begitu romantic dan menyenangkan. Lupa waktu jam menunjukkan angka ke pukul 18.00 maghrib hamper tiba suara adzan hamper berkumandang. Amay yang minta diri Faton tak memperbolehkannya. Sebenarnya mereka ingin berlama-lama disana bersama penuh canda tawa. Namun Amay harus pulang. Akhirnya mereka mengakhiri perjumpaan mereka dengan kecupan saying oleh Faton. Tepat pukul 18.15 mereka berpisah untuk pulang kerumah masing-masing.<br /><br />Sesampai di rumah Amay langsung sms Faton<br />&ldquo; Gimana kamu naik apa kerumah ?&rdquo; ucap Amay dengan tanda Tanya<br />&ldquo; Untung tadi ada angkot jadi aku naik angkot&rdquo; balas Faton<br />&ldquo; Ohh hati-hati ya . jangan lupa kalau udah sampai langsung makan terus istirahat ya sayang.&rdquo; Ucap Amay d isms dengan penuh perhatian.<br />&ldquo; ini baru aku sampa rumah. Aku makan dulu ya sayang.&rdquo; Balas Faton dengan santai<br />Lama merke berbincang-bincang di sms. Jam istirahat tiba Faton mengakhiri sms meeka dengan balasan penuh romantic dan kasih saying Amay pun bahagia melihatnya. Amay pun selalu merenung dan dalam hatinya berdoa &ldquo; ya allah aku bahgia dengannya aku nyaman dengannya. Kutau pacaran memang dosa tapi apa daya aku ingin merasakan jentik kebahagiaan hidup dengan sebuah cinta. Jika memang ia jodohku bantulah aku agar dia selalu bersamaku. Aku cinta dia ya allah. Sangat cinta, kuberjanji kuakan setia bersamanya. Kabulkan ya allah amin&rdquo;. Doa Amay dalam hatinya tak sadar pipinya dibasahi oleh linangan air mata karena kebahagiaan. Semakin ia seperti ini ia serasa semaikn cinta kepada tuhannya.<br />Hari-hari telah berjalan, waktu-waktu elah sempuurna dengan adanya cinta. Indahnya dunia serasa kurang indah daripada keindahan beersama Faton. Ia serasa orang beruntung yang diberi kesmpatan bahagia dengan seorang lelaki yang benar-benar kali ini membuat Amay tulus mencintai orang lain. Sampai-sampai ia pernah menulis &ldquo; aku mencintaimu lebih dari hidupku. Semoga kamu mengerti apa yang kurasakan. Aku cinta kamu.&rdquo;. kata-kata itu cukup menjadi bukti bahwa Amay memang benar-benar cinta setulus hatinya pada Faton. Tapi ia tak tahu apa Faton begitu juga.<br />Suatu hari tepat hari Sabtu mereka kencan ke Gunung. Tempat yang ramai dan tentu sangat indah dengan panorama alami itu. Momen indah yang Amay rasakan saat itu, ia serasa bahagia seekali bersama Faton. Hari itu begitu menjadii sejarah hidup yang indah bagi Amay. Mereka berdua mencari tempat yang indah dan enjoy, mereka menikmati keindahan alam indah tersebut dengan keromantisan,kelembutan dan perbincangan lucu. Intinya hari itu sangat bahagia buat Amay.<br /><br />16 hari mereka bersama. Melalui kehidupan di dunia fana dengan kebersamaan dan keindahan. Saat hari sabtu tanggal 16 Maret 2013 mereka keluar bersama, karena kerinduan yang menyelimuti ahti mereka. Hari itu mereka berkeliling kota dengan Amay digonceng Faton. Tepat ia mampir ke suatu tempat ang sebenarnya tak ada romantic-rroomantisnya. Tapi mereka tetap disitu karena dismaping itu cuaca mendung. Disitu mereka makan bersama ES krim dan happytos mereka suap-suapan bercanda bersma. Namun pada akhir-akhir saat itu Amay bercerita tentang perasaanya selama ini ia ingin Faton paham betul dengan hatinya. Dengan dibalut linangan air mata menetes Amay bercerita &ldquo; Aku cukup sabar Fan setengah hari aku menunguu sms dari kamu karena aku tau kamu ujian. Tapi sekarang kamu bilang hp kamu akan disita hingga kamu lulus. Bayangkan Fan bagaimana perasaanku kamu begitukan, begitu lama aku akan menunggumu. Aku ingin kamu menjelaskan kepada ibumu agar hp kam tak disita. Apa perlu aku yang bilang aku siap Fan?.&rdquo; Ucap amay dengan tersedu-sedu.<br />&ldquo; aku sudah bilang aku membela kamu dan akhirnya hp aku tak disita. Kamu tak usah nangis. O ya mungkin ini pertemuan kita terakhir soalnya aku tak boleh keluar lagi aku harus focus pada ujian oleh ibuku.&rdquo; Jawab Faton dengan pelan dan haru<br />&ldquo; apa??? Kamu bilang ini terakhir. Nggak kamu itu bilang donk. Aku pacar kamu, aku sudah cukup sabar sudah cukup mmengerti posisimu sekarang. Kamu harus bisa menyeimbangkan waktu untuk belajar dan untuk pacarmu Fan. Plisss kamu mengerti akufan. Mana pengorbananmu untuk aku.&rdquo; Ucap Amay dengan pelan dan sedih<br />&ldquo; aku sudah berkorban agar hp aku tak disita demi kamu.&rdquo;<br />&ldquo; kamu seeperti itu saja Fan pengorbananmu. Aku?!!!. Aku peratama rela menunggu lama panas-panasan untuk apa? Demi kamu. Kedua aku selalu memotong waktu *** untuk ketemuan sama kamu. Ketiga jika aku selalu ketemuan aku selalu banyak lasan itu untuk apa? Demi kamu. Karena pa? aku cinta Fan aku vinta. Aku rela melakukan apapun demi bertemu kekasihku.&rdquo; Ucap Amay dengan tegas dan sedih<br />&ldquo; yaudah sekarang maunya gimana?&rdquo; ucap Faton denga lembut<br />&ldquo; yabiasa. Aku ingin smsn tetap smsn ketemu tetap ketemu.tapi kamu juga harus belajar jadi bisa seimbang!&rdquo; ucap Amay<br />&ldquo; okey kalau begtu tetap kok. Udah jangan nangis donk! Senyum ta?&rdquo; ucap Faton sedikit menghibur.<br />Suasana yang mulanya haru akhirnya mereka tenang dan kembal ngobrol. Tak serasa mulai sore Amay diantar pulag oleh Fato.<br /><br />Sesampai rumah ia langsung mandi dan makan karena seharian tak sedikitpun makan nasi. Dan seketika ia membuka HP ada sms dari Faton<br />&ldquo;eh kita putus ya?&rdquo; ucap Faton di sms<br />&ldquo;lo kenapa? Ada apa.&rdquo; Ucap Amay dengan heran dan kaget dan ia langsung berhenti makan karena hilang nafsunya<br />&ldquo; pokonya mulai sekarang kita nggak ada hubungan lagi. Kalau kamu ingin kenal aku simapan aja nomerku tapi kalau kamu tak mau kenal aku lagi hapus saja nomerku&rdquo; ucap Faton<br />&ldquo;lo kenapa dulu? Kenapa tiba-tiba gini tadi baik-baik saja kenapa kamu minta putus.&rdquo;<br />&ldquo; aku ada masalah dengan keluarga&rdquo;<br />&ldquo;okay kalau ini keputusanmu. Aku tau. Semoga masalhmu cepat selesai. Meski kita sudah putus aku ingin kita tetap berteman tak perlu musuhan. Aku senang kenal sama kamu.&rdquo; Ucap Amay dengan kecewa.<br />&ldquo;okay makasih ya kamu sudah mengisi hatiku selama ini.&rdquo;<br /><br />Sesaat amay terdiam membisu dikamarnya sendirian. Tak lama kemudian ia menangis dengan air mata yang membuat pipinya basah dan matanya membengkak. Ia memikirkan itu semua.<br />&ldquo; yaallah sebeginikah dia mengapa dia begitu kepadaku. Aku mencoba setia kepadanya tapi kenapa seperti ini yaallah. Yaallah kenapa? Ini sakit rasanya yallah. Apa slahku yallah. Aku terlanjur ccinta kepadanya aku ingin dia yallah. Tolong mengertilah aku yallah.&rdquo;<br /><br />Berhari-hari dia memikirkan Faton, ia sms Faton tak membalas dia teleon tidak diangkat. Ia resah selama 3 hari ia serasa orang yang tersakiti. Dan pada keesokannya ia sakit ia seharian diatas dikasur ia terbaring lemah disana ia hanya makan 1kali sehari. Mungkin sakit itu karena memikirkan Faton lelaki yang dicintainya seelama ini. Teman mereka berkata<br />&ldquo; yatuhan kasihan kamu, sabar ya aku tau kamu pasti sakit hati sekali. Begitu teganya Faton itu. Ya tuhan sabar ya May. Lelaki tak Cuma satu.&rdquo; Nasihat sahabatnya<br />&ldquo; aku tak tau harus bagaimana. Aku jika terlanjur cinta sama lelaki sulit untuk melupakannya. 4hari aku memikirkannya aku menangis karenanya. Aku bingung mengapa aku bisa seperti ini. Aku berharap ia sadar Ti.&rdquo; uCapnya dengan sedih<br /><br />Berhari-hari bahkan seminggu dia mefikirkan Faton. Ia sampai terbarig sakit karenanya. Namun ia juga perlahan-lahan melupaknnya. Dengan adanya sahabat dan orang tua Amay ia yakin ia bisa melupakannya.<br />Aku cinta kamu bagai matahari<br />Menerangiku saat pagi hingga sore hari<br />Aku cinta kamu bagai rembulan malam<br />Menerangiku saat ku didalam kegelapan dan heningnya malam<br />Aku cinta kamu bagai nyawaku<br />Selalu menjagamu untukku dan hidup untukku<br /><br />NOTES : cinta tak harus memiliki. Namun cinta juga ingin dimengerti dan dihargai.

Kamis, 19 Maret 2015

Cerpen

KARENA HANYA MELIHATMU TERSENYUM SAJA, ITU SUDAH CUKUP

Cinta, apakah kau yakin dengan cinta? Apakah cinta yang kamu rasakan saat ini adalah cinta yang sebenarnya? Apakah cinta itu akan terus menjadi cintamu untuk selamanya?
Apakah cinta tak pernah membuatmu terjatuh? Jika ia...
"brak!!" suara tabrakan yang membuat langkahku terhenti. "aduh.. Maaf, maaf, aku nggak sengaja.." kata seorang perempuan yang terjatuh karena menabrakku tadi. "oh, nggak apa-apa kok. Kamu baik-baik saja kan? Sini, biar aku bantu" ucapku. "makasih.." kata si perempuan itu sambil menerima uluran tanganku.<br />Sesaat setelah berdiri dan kembali rapi, perempuan itu langsung saja berlalu dan mulai mempercepat langkahnya. Aku terdiam sejenak, memikirkan apa yang baru saja terjadi, mengingat-ingat kembali sosok perempuan itu. Ingin ku kejar, tapi.. "hey!! Buruan! ini jamnya pak Bambang loh.." suara dari belakang memanggilku. "oh, elu Yan, ayo.." jawabku.<br />Karena Hanya Melihatmu Tersenyum Saja, Itu Sudah Cukup.<br />Kami pun mulai melangkah menuju ke kelas yang jaraknya lumayan jauh dari gerbang sekolah tempatku berdiri ini. "tadi itu siapa?" tanya Iyan di selah-selah langkah kami. "yang tadi? Siapa?" tanyaku kembali. "yahh.. Pura-pura bego', cewek yang nabrak lo tadi itu siapa?" jelas Iyan. "ooo.. Cewek yang tadi? Gue nggak tau juga tuh, ketemu aja baru tadi." jawabku. "ohh.. Eh, tapi dia cantik juga, Kira-kira dia kelas berapa yah?"."iya juga sih, tapi sudah lah.. Nanti kalau ketemu lagi, kita kenalan.." janjiku kepada Iyan. "beneran yah? Awas lo kalau kenalannya nggak ngajak-ngajak gue" ancam Iyan. "iya deh.. Gue janji" jawabku.<br /><br />Bel pulang telah berdering, gerbang sekolah ramai dipenuhi dengan siswa siswi yang ingin pulang..<br />Tapi pandanganku tak berpaling lagi setelah ku lihat seorang wanita sedang terdiam manis di depan gerbang. "wah, betul kata Iyan. Kau memang cantik" batinku. Perempuan yang berdiri itu adalah perempuan yang menabrakku tadi pagi di gerbang sekolah. Ingin ku hampiri, hanya untuk sekedar kenalan.. Tapi, baru saja ku memulai langkah, ia telah di jabat duluan oleh orang lain, dan ternyata orang itu adalah Iyan teman dekatku sendiri. "duh, katanya kalau mau kenalan harus barengan, barengan apaan kalau kayak gini?" batinku. Terpaksa keinginan untuk berkenalan dengannya harus ku tahan dulu, ini bukan waktu yang tepat menurutku..<br /><br />Sesampai di rumah, otakku masih saja memikirkan siapa sebenarnya wanita itu, apakah anak baru? Atau hanya aku saja yang baru melihatnya? "cewek itu, namanya.. siapa yah?" batinku. Rasa penasaranku semakin menjadi-jadi. Di kamar kesayangan, ku coba mengingat-ingat kembali paras wajahnya.. Sungguh, dia memang menawan. Kulitnya yang putih, rambutnya yang lurus terurai, matanya yang indah, apalagi jika ditambah dengan ekspresi panik seperti tadi.. Kau semakin cantik. Ada getaran aneh jika memikirkannya. Padahal baru ketemu.. Perasaan apa ini? Cinta? Ini tidak mungkin cinta, tak secepat ini untuk jatuh cinta..<br /><br />Hari telah berganti lagi. seperti biasanya, ke sekolah..<br />Aku adalah siswa di salah satu SMA di ibu kota, namaku Adli. Sekarang aku duduk di bangku kelas XI dengan umur 17 tahun, dan bicara tentang hobi, aku lebih senang dengan hal-hal yang berbau musik.<br /><br />Di sekolah, suasana masih seperti biasanya, pak satpam yang menjaga di gerbang sekolah, kepala sekolah yang selalu setia mengelilingi setiap sudut sekolah, dan para wali kelas yang sibuk mengkordinir anak muridnya.. Tapi, ada satu yang beda.. Entah kenapa di pagi ini ada panggung kecil di tengah lapangan, dan di sana telah banyak orang yang berkumpul. Dentingan suara mic mulai terdengar dari speaker, dan setelah itu terdengar suara alunan gitar acoustic yang dibarengi dengan suara yang lembut. "you know all the things i said, you know all the things that we have down, and the things i gave to you.." lagu ten2five yang mengalun indah, memenuhi seluruh lapangan sekolah. Terdengar enak dan merdu di telinga. Rasa penasaran mulai menyerang pikiranku, ku perdekat langkah ke panggung. Ingin ku lihat siapa yang menyanyi semerdu itu. Langkahku semakin dekat, dan dekat.. Sehingga bisa ku lihat jelas siapa yang bernyanyi di panggung itu. "itu kan cewek yang kemarin?" tanyaku di dalam hati. <br />Sungguh dia memang wanita yang keren. selain cantik, dia bisa main musik juga, sambil nyanyi pula. Salut! "gimana? Keren kan?" suara dari samping kanan membuatku spontan menjawab tanpa menoleh "keren banget!". "kamu suka?" tanya suara itu lagi, tapi kali ini ku respon dan dibarengi dengan menoleh "elo Yan? Ngapain kamu nanya-nanya gitu?". "gini bro, soalnya semua ini saran gue ke Alya, biar orang-orang tertarik masuk ekskul musik" jelas Iyan. "ooo.. Gitu." jwabku singkat. "Alya.. Nama yang indah.." puji ku di dalam hati.<br /><br />Tiba-tiba, suara lembut dari belakang memecahkan obrolanku dengan Iyan. "Iyan, makasih yah atas sarannya? Mudah-mudahan, setelah ini akan makin banyak yang ikut ekskul nanti"."eh, Alya.. Iya, sama-sama" jawab Iyan. Sambil menunjuk ke arahku, Alya berkata.. "ngg.. Kamu yang waktu itu kan? Yang aku tabrak kemarin? Aduh.. Maaf, aku terburu-buru soalnya.."."eh, iya. Nggak papa kok". Jawabku dengan sedikit grogi. "kenalin, namaku Alya.." kata Alya spontan sambil memberi uluran tangannya yang dibarengi dengan senyum yang indah. "aku Adli, sudah tahu kok dari Iyan.." responku sambil membalas uluran tangannya. "Hehe.. Kalian sahabatan yah? Atau lebih dari sahabat?" canda Alya. Belum sempat aku menjawab, Iyan langsung saja menerobos. "bener banget! Kita sering tidur bareng malah"."wah, klop banget! Kalian pasangan yang fenomenal. Hehe.." canda Alya lagi. "eh, nggak kok. Gue masih normal. Iyan aja tuh yang sering banget nyolek pantat sesama jenisnya kalau di kelas. Bela ku yang tak ingin membuat Alya menjadi ilfeel. "iya deh.. Percaya percaya.. Eh, aku duluan yah? Kayaknya banyak yang minat tuh. Daah..?" kata Alya sambil meninggalkan kerumunan penonton. "daah.." balas kami secara serentak."gile lu! Ngapain pake bongkar kartu segala?" kesal Iyan kepadaku. "yang buka kartu duluan siapa? Kamu kan? Dasar lo bocah mesum!". Ejekku kepada Iyan dan berlalu meninggalkan lapangan menuju ke kelas.<br /><br />Sungguh, Alya memang cantik.. Dia berbeda, tak ada yang seperti dia di sekolah.. Humoris, supel, dan baik.. Wanita Idaman para pria.. Mungkin, aku memang telah jatuh cinta kepadanya..<br /><br />Sudah seminggu setelah hari kenalan ku dengan Alya. Dan karena kami satu angkatan, kami selalu berbagi dan sharing tentang pelajaran sekolah kami.. Tak ku sia-siakan kesempatan ini. ini adalah ajang yang tepat untuk mengenal Alya lebih jauh, dan untuk mencari tahu apakah dia memang juga memiliki rasa terhadapku.<br />"Dli, lo suka sama Alya yah?" tanya Iyan di sela-sela jam pelajaran. "suka? Nggak lah.. Terlalu cepat untuk suka Yan, apalagi minat buat di jadiin pacar.." Sangkalku."yang bener lo?" tanya Iyan. "yang bener lah.." sangkal ku lagi.<br /><br />Rasa ini tak akan ku umbar kecuali jika Alya juga merasakan hal yang sama.. Sedangkan yang ku lihat saat ini Alya tidak begitu memberi sinyal-sinyal yang sangat nyata..<br /><br />Untuk yang kesekian kalinya, aku dan Alya bertemu lagi di jam istirahat sekolah dan biasanya ngobrol dulu. Kami mulai sedikit akrab, sehingga Alya juga sudah sering bercanda dan mulai bertanya tentang urusan pribadiku.<br />"eh, Adli. Kamu kok ngomongnya cuma sama aku doang? Aku nggak pernah tuh lihat kamu ngomong akrab dengan cewek yang lain. Pacar kamu mana?" sungguh, pertanyaan Alya yang satu ini membuatku semakin berharap.. "ngg.. Nggak kok, aku biasa juga sih ngobrol sama yang lain. Tapi nggak ada yang senyambung kamu. Hehe.." jawabku dengan sedikit memuji. "bisa aja kamu.."<br /><br />ku mulai langkah awalku, aku akan berkonsultasi kepada Iyan dan meminta sarannya..<br /><br />Baru ku mulai mencari Iyan, tiba-tiba dia langsung saja muncul dengan ekspresi yang sangat ceria. "Adli, gue punya kabar gembira bro.." ucap Iyan. "ee.. Gue juga punya kali.." ucap ku juga yang ingin duluan ngomong. "alah.. Pokoknya gue dulu. Dan kabar baiknya adalah gue jadian sama Alya bro.. Gue nggak nyangka banget. Trnyta PDKT dan pengorbanan ku selama ini nggak sia-sia bro.. Gila! Keren nggak tuh? Di taman gue nembak dia di depan teman-teman sekelasnya. Dan langsung di terima bro.. Eh, lo tadi mau ngomong apa? Cepetan! Habis ini langsung gue traktir lo makan sepuasnya di kantin." jelas Iyan yang ternyata telah jadian dengan Alya. "wah, keren bro! selamat yah!" responku. "makasih bro.. Nah, sekarang giliran lo yang cerita." pinta Iyan. "eh, nggak jadi bro. Jam ekskul udah selesai. Gue ke kekelas duluan yah?". Alasanku ke Iyan. "yah, nggak asik lo, trus traktirannya?" tanya Iyan lagi. "kapan-kapan aja yah? Gue duluan. Daah?" jawabku dan berlalu meninggalkan Iyan dengan perasaan yang sangat rapuh.<br /><br />Sungguh, ini mungkin egois. Tapi sangat sedih terasa jika mengingat kembali pengakuan dari Iyan. Aku suka Alya, dan Iyan telah menjadi pacarnya Alya.. Apa yang harus ku lakukan? Mengatakan perasaanku kepada Alya? Tapi Alya telah menjadi milik orang lain..<br /><br />Sesampai di rumah, yang ku lakukan hanyalah pasrah.. Pasrah atas cintaku yang telah pergi..<br />Seandainya jika aku jujur terhadap Iyan tentang perasaanku yang sebenarnya kepada Alya, mungkin nasibku tak akan semalang ini..<br /><br />Kini, hari-hari ku lebih banyak dipenuhi dengan kemesraan antara Adli dan Alya.. Sakit memang, tetapi aku akan tetap tegar dan bertahan..<br /><br />Alya, tak apa jika aku bukan milikmu.. Tak apa jika bukan aku yang selalu menemani hari-harimu.. Dan tak apa pula jika bukan aku yang selalu membuatmu tersenyum..<br /><br />Aku rela tidak menjadi milikmu, aku rela tidak bisa selalu berada di sampingmu..<br /><br />Karena, hanya melihatmu tersenyum saja..

Rabu, 18 Maret 2015

Cerpen

UJAN TERAKHIR BERSAMAMU

Gadis ini mencengkram erat kepalanya. Di tengah hujan, dia masih harus mengalami perdebatan sengit antara hati dan otaknya. Dinda, begitu gadis ini disapa. Menangis di tengah hujan yang sangat deras memang efektif karena tetesan air matapun takkan terlihat.<br /><br />Dinda berjalan di koridor kelas dengan lesu. Bagaimana tidak, fikirannya benar-benar sedang kacau. Apalagi kalau bukan karna cinta. Tepatnya karna Denis, si pangeran berkuda putih itu. Sebenarnya Denis hanyalah pria biasa, hanya saja cinta membuat Denis terlihat tak biasa di mata Dinda. Mungkin Dinda melihat menggunakan mata hati. Mungkin.<br /><br />Tak ada yang buruk dari mengenal Denis. Hanya saja Denis terlalu untuk Dinda. Terlalu baik, terlalu tampan, terlalu pintar.. Nyaris sempurna. Dulu, Dinda tidak suka pada Denis, bahkan Dinda membencinya. Tapi sekarang? Ia menyukainya. Atau mencintainya. Mungkin.<br />&ldquo;Din, kamu baik-baik saja?&rdquo; Suara itu. Suara itu sudah tak asing lagi di telinga Dinda. Dan benar saja, ketika Dinda melihat siapa orang itu. Ternyata Denis.<br />&ldquo;Aku? Aku baik-baik saja.&rdquo; Jawab Dinda. Sungguh dibalik kata baik-baik saja ada kata tidak dalam keadaan baik yang tersembunyi. Perempuan. Bukankah itu salah satu keahliannya untuk menutupi perasaan mereka yang sebenarnya?<br /><br />Hujan Terakhir Bersamamu<br />Seperti biasa, Dinda duduk di samping Gisha. Gisha dulunya adalah gadis yang Denis sukai. Gisha itu perempuan yang cantik, pintar, dan pandai bergaul, hampir tak ada celah pada dirinya. Tapi itu dulu, sampai Denis berkata kalau ia menyukai Dinda. Dinda mendengus geli ketika otaknya memutar memori antara Dia, Gisha dan Denis.<br /><br />Waktu itu, hujan sangat lebat. Dinda dan Gisha menunggu hujan itu berhenti. Gisha sibuk mengamati hujan yang deras itu, tetapi Dinda justru menikmatinya. Aroma hujan, Dinda selalu menyukai itu. Rintikan hujan mengalun seperti sebuah musik di telinganya. Dinda menikmati itu sampai dia tahu bahwa Denis memberikan jaketnya untuk Gisha. Dinda benarbenar cemburu hingga dia lepas kendali.<br />&ldquo;Din maaf.. Aku nggak mau semua berakhir sampai di sini?&rdquo;<br /><br />Dinda sempat bingung dengan isi pesan singkat Denis. Kata-katanya sedikit sulit untuk dicerna oleh otaknya. Bahkan butuh waktu yang lama untuk memikirkan kata-kata Denis. Tetapi akhirnya Dinda menjawab<br />&ldquo;Apa yang berakhir? Nggak ada yang berakhir. Semuanya akan sama seperti dulu. Maaf, tadi aku memang lagi emosi. Jangan berlebihan menanggapinya. Nothing gonna change Denis, trust me.&rdquo;<br />Tiba-tiba Dinda tersadar dari lamunannya karena guru sudah memasuki kelas. Lagi-lagi matanya kembali menangkap sosok Denis. Denis sibuk dengan perempuan itu. Target baru mungkin. Dinda pura-pura tidak memperdulikannya. Dinda harus fokus. Ini demi mimpinya juga kebahagiaannya.<br /><br />Jam tambahanpun berakhir. Semua anak-anak sibuk mengobrol sana-sini, membicarakan rencana mereka sepulang jam tambahan. Dinda sedang fokus membereskan buku-bukunya. Memastikan bahwa tak ada satupun barangnya yang tertinggal. Tapi tiba-tiba sosok itu mengusiknya, lagi.<br />&ldquo;Tidak. Hanya ingin melihat kamu. Dinda yang fokus benar-benar lain ya.&rdquo;<br /><br />Dinda mengangkat sudut bibirnya ketika mendengar kata-kata Denis.<br />&ldquo;Eh? Dinda tersenyum?&rdquo;<br /><br />Setelah mendengarnya, Dinda segera merubah raut wajahnya. Dinda menyesali senyumannya tadi. Harusnya ia tidak memberikan senyuman berharganya itu kepada Denis. Si pemberi harapan palsu.<br />&ldquo;Dinda, ada yang mau aku bicarakan. Kita keluar sebentar ya&rdquo;<br /><br />Dinda segera keluar bersama Denis sebelum teman-temannya melihat. Ketika Denis mengajak Dinda untuk mengobrol di tempat teduh, Dinda menolaknya. Dinda beralasan kalau saat ini hanya hujan. Hujan air, dan lagipula Dinda suka hujan.<br />&ldquo;Mau bicara apa?&rdquo; tanya Dinda.<br />&ldquo;Kamu kenapa? Akhir-akhir ini kamu menjauhiku. Kamu nggak pernah mengirimiku pesan singkat. Bahkan seperti kamu membenciku. Aku salah apa sama kamu?&rdquo; jawab Denis yang kembali bertanya.<br />&ldquo;Semuanya sudah berakhir&rdquo;<br />&ldquo;Berakhir? Maksudmu? Apa yang berakhir?&rdquo;<br />&ldquo;Kita.&rdquo;<br /><br />Beberapa menit kemudian Dinda meralat kata-katanya<br />&ldquo;Maksudku bukan kita. Tapi aku dan kamu. Bukankah aku dan kamu tidak akan pernah menjadi kita?&rdquo;<br />&ldquo;Kamu ini bicara apa Dinda. Siapa yang bilang kalau kamu dan aku tidak akan pernah menjadi kita?&rdquo;<br />&ldquo;Takdir. Takdir memang tak pernah berkata tentang hal itu. Tapi, takdir menunjukkannya.&rdquo;<br />&ldquo;Takdir tak pernah menunjukkan itu Din&rdquo; jawab Denis tegas.<br />&ldquo;Tak pernah? Bagaimana dengan kebudayaan kita? Bukankah itu cukup menunjukkan kalau kita tidak bisa bersama? Kamu keras sedangkan aku lembut. Kamu api sedangkan aku air. Kita berbeda, bahkan jika kita bersama maka kita akan menghancurkan satu sama lain.&rdquo;<br /><br />Hujan semakin deras. Sebanyak air hujan itulah air mata Dinda yang ditahannya. Mungkin untuk terakhir kalinya, Dinda ingin Denis mengingat senyumnya, bukan tangisnya.<br />&ldquo;Kenapa kamu menginginkan ini berakhir? Bukankah terlalu awal untuk mengakhirinya?&rdquo;<br />&ldquo;Kenapa kamu bertanya kepadaku? Kamu yang mengakhirinya. Bukan aku.&rdquo;<br />&ldquo;Aku? Aku tak pernah mengatakan ingin mengakhiri semuanya.&rdquo;<br />&ldquo;Sekali lagi, mungkin lidahmu terlalu kelu untuk mengatakan bahwa semua ini telah berakhir. Tetapi kamu berhasil menunjukkan. Kamu menunjukkan tanda-tanda bahwa kamu ingin mengakhirinya.&rdquo;<br />&ldquo;Din.. Dulu aku kan pernah bilang kalau aku nggak mau &mdash;&rdquo; ucapan Denis terpotong karna Dinda segera menjawab<br />&ldquo;Itu dulu Sekarang, tanda-tandanya sudah jelas bahwa kamu ingin mengakhirinya.&rdquo;<br /><br />Hening. Denis tidak bisa menjawab apa-apa lagi. Tak pernah terfikirkan oleh Denis kalau Dinda akan mengatakan hal-hal seperti ini. Denis tak tahu apa yang membuat Dinda berubah seperti ini.<br />&ldquo;Lagipula, kamu sekarang sudah punya pacar, kan?&rdquo; kata Dinda yang sepertinya ingin menyindir Denis.<br />&ldquo;Pasti kamu bingung aku tahu dari mana kalau kamu sudah punya pacar.&rdquo; sambung Dinda sambil memaksakan senyum pada wajahnya.<br />&ldquo;Pastinya. Kamu ini jangan-jangan penguntit aku ya.&rdquo; Denis benar-benar tertawa lepas dengan jawabannya tadi. Bahkan Dinda ikut terkekeh dengan jawaban Denis.<br />Tiba-tiba Dinda berhenti tertawa. Dia memperhatikan Denis yang masih tertawa lepas. Mungkin ini terakhir kalinya Dinda melihat Denis tertawa karnanya dan bersamanya. Dinda menatap wajah Denis lekat-lekat. Ia mencoba mengingat setiap lekuk wajah Denis. Jika Tuhan tak mengizinkannya untuk memiliki Denis, maka biarkanlah Dinda memiliki kenangan tentang Denis. Tetapi Dinda tak ingin mengingat kenangan ini setiap saat. Biarkanlah hujan menyimpan kenangan antara Dinda dan Denis.<br /><br />Tanpa sadar Dinda menitihkan setetes air matanya. Dia berbalik membelakangi Denis. Pundaknya bergetar hebat. Tangisannya benar-benar tak bisa ditahan lagi. Suara tangisnya pecah diantara lebatnya hujan. Denis segera menghentikan tawanya. Dia menatap punggung itu. Punggung gadis yang dulu sempat menjadi tempat pertama saat sedih maupun senang. Denis tahu betapa rapuhnya gadis ini.<br /><br />Dinda segera menghapus air matanya. Mengatur suaranya agar tak bergetar saat berbicara dengan Denis nantinya. Dinda membalikkan tubuhnya dan tersenyum kaku saat melihat Denis. Denis membalas senyuman Dinda dengan tulus. Dinda tak tahu harus bagaimana atas sesuatu yang telah berakhir. Yang terbesit di benaknya adalah betapa bodohnya dia. Dinda juga tahu bahwa hujan akan membawanya pada kenangan antara dia dan Denis, tetapi pada saat hujan berhenti kenangan itu sedikit demi sedikit akan menghilang.<br /><br />Dinda beranjak dari duduknya. Begitu juga dengan Denis.<br />&ldquo;Sepertinya aku harus pulang. Hujannya semakin deras. Dan kamu juga harus pulang.&rdquo; kata Dinda.<br />&ldquo;Aku harap setelah hujan ini akan ada pelangi. Pelangi yang menghubungkan aku dengan pasanganku, dan kamu dengan pasanganmu.&rdquo; sambungnya.<br />Dinda pergi meninggalkan Denis lebih dahulu. Dinda kini sadar bahwa tak selamanya pangeran baik untuknya. Dan hujan? Terimakasih untuk hujan karena bersedia menjadi pengingat kenangan yang Dinda miliki.</p>

Senin, 16 Maret 2015

Untukmu Imamku

Ku janjikan cinta untukmu
ku janjikan kesetiaan untukmu
penantian-ku dalam untaian doa
merayu Allah segera hadirkan engkau

Untukmu imamku engkau ada di masa depan
percayalah, hijrahku untuk mencintaiNya
saat ini karena mu dan untuk mu

kita bersama mendayung ke syurga
kita bersama melangkah ke syurga
berrharap engkau segera datang
mendekat, menyapa, mengkhitbah

untukmu imamku aku rindu
rindu dalam doa, rindu dalam sujud
duhai hati, bersabarlah..

Selasa, 03 Maret 2015

Dan aku lebih baik menyimpanmu dalam doa, karena doa dapat menembus langit dan menetap selamanya.
Tidak menyimpanmu dalam hati, karena hati itu sifatnya berbolak-balik ☺