Minggu, 26 April 2015

Cerpen "Catatan Dari Langit"

Langit Terlihat begitu biru sampai-sampai aku terkagum memandanginya. Belaian angin yang lembut menmbelai wajahku. Suara rumput yang bergoyang-goyang ditambah suara burung yang berkicau terdengar begitu merdu dan syahdu untuk aku dengar. Tiba-tiba Aku teringat kepada suara yang lembut yang dulu pernah mengisi hidupku walaupun sebentar.Saat itu dia menghampiri dan menyapaku, "Hey"katanya. Ku tengok ke belakang, ternyata dia teman sekolah ku. Namanya Ami, lebih tepatnya Okumura Ami. Dia adalah seorang gadis cantik keturunan jepang, gadis yang sangat terkenal di jagad sekolah ku, gadis yang sangat di kagumi oleh kaum pria di sekolah. Ku akui dia memang cantik, tak munafik sebenarnya akupun menyukainya. Namun, apa daya? Aku hanyalah laki-laki lemah yang menurutku, aku tak pantas untuk mendapatkannya.<br />Catatan Dari Langit<br />&ldquo;Hey, Sendirian aja. Jangan ngelamun dong!&rdquo; Katanya. Suara yang selalu ingin aku dengar setiap hari, Suara yang selalu aku tunggu setiap waktu. &ldquo;Ne..?? Kok Bengong?&rdquo; katanya lagi. Bola mata yang sungguh indah membuatku gugup bila berbicara dengannya. &ldquo;Aa&hellip;a.. Nggak kenapa-kenapa kok. Aku emang seneng sendirian di tempat seperti ini. Suasana nya cocok untuk rileksasi. Kamu kok tiba-tiba kesini, ada apa?&rdquo; jawabku. &ldquo;Oh, begitu ya! Aku ngeganggu gak? Nggak kenapa-kenapa. Cuman bosen aja di kelas, gak ada guru soalnya.&rdquo; Katanya. Jujur saja, aku kurang suka dengan suasana seperti ini. Aku merasa canggung bila berduaan dengan seorang gadis, apalagi gadis yang aku sukai sejak lama. Akupun mulai berfikir, bagaimana caranya menetralisir situasi seperti ini. Beberapa saat kemudian aku menerima SMS dari guru ku agar segera menemuinya. Syukurlah, aku bisa keluar dari situasi itu. walaupun aku selalu sedih saat aku harus meninggalkannya. &ldquo;Ami, aku disuruh pak guru untuk menemuinya. Kamu gak apa-apa kan kalo aku tinggal?&rdquo; tanyaku. &ldquo;ah, gak apa-apa! Aku tak akan mengapa&rdquo; jawabnya.<br /><br />Akhirnya Waktu yang ditunggu-tunggu setiap siswa SMA pun tiba. Jam pulang! Seperti biasa, aku pulang dengan berjalan kaki bersama teman-temanku. Setiap langkah kami isi perjalanan dengan bercanda ria, tertawa bersama sepanjang perjalanan sungguh membuatku senang, apalagi setelah seharian belajar. Tiba-tiba mataku terkaget saaat melihat Ami didepanku. Aku berusaha untuk menghindar, namun tak mungkin bagiku untuk kabur atau lari karena itu hanya akan membuat teman-temanku merasa heran. Akupun menghela nafas sejenak dan menyiapkan mental untuk menyapa Ami. &ldquo;Hey Bro, kenapa? Kok kaya yang gugup gitu? Sakit lo?&rdquo; Tanya salah satu temanku. &ldquo;Nggak, pegel doing gue&rdquo; jawabku. Kembali ku perhatikan Ami, nampaknya dia seperti sedang menunggu seseorang. Benar saja, beberapa saat kemudian, seorang laki-laki yang seperti 5 tahun diatasku membawa Ami pergi . aku tak mau berburuk sangka tentang hal ini, aku tak mau memperburuk keadaan hati yang kian hari seperti ingin meledak.<br /><br />Tiba di rumah, ku hempaskan tubuh lemah ini ke sebuah kasur. Sungguh nyaman kurasakan. Namun, ketika sedang menikmati kenyamanan itu handphone ku berdering, ternyata Ami menelfonku. Sontak jantungku berdegup kencang, terheran ada apa dia menelfonku. Dengan berani aku angkat telfon darinya, &ldquo;Hallo Arus&rdquo; sapanya. &ldquo;Hallo Ami, ada apa ya?&rdquo; tanyaku. &ldquo;nggak, aku cuman pengen bilang&hellip;&rdquo; jawabnya lalu terdiam sejenak. Hal ini membuatku sangat penasaran, dan berharap dia berkata I LOVE YOU. Namun, mana mungkin?, &ldquo;Ami, kamu mau bilang apa?&rdquo; tanyaku terheran. &ldquo;Selamat Ulang Tahun Arus!&rdquo; Jawabnya. &ldquo;Iya, terimakasih ya! Ami.&rdquo; Kataku, &ldquo;Arus.. atashi wa Arus ga suki desu, totemo suki desu!&rdquo; ungkapnya, lalu dia memutuskan telfonnya. Aku bingung akan kata-kata terakhirnya, aku berfikir itu mungkin bahasa jepang namun aku tak paham tentang bahasa jepang. Lagipula di sekolahku tidak ada pelajaran bahasa jepang. Akupun segera memejamkan mata daripada aku terus berlarut-larut memikirkan hal itu.<br /><br />Keesokan harinya seperti biasa aku diam sendiri di bawah pohon yang rindang kala itu aku melihat Ami yang sedang berjalan dengan teman-temannya. Kupandangi wajahnya, dan beberapa saat kemudian dia menyadari bahwa aku memperhatikannya dari tadi. Kemudian dengan wajah memerah dia langsung buru-buru mengajak temannya pergi dari tempat itu dan merekapun meninggalkan tempat itu. aku menyimpan tanda Tanya dalam hatiku, kenapa dia jadi seperti itu?<br /><br />Di sore hari yang indah, akupun berjalan pulang dan kebetulan di perjalanan aku bertemu dengan Ami yang sedang sendirian. Aku mendekatinya, dan menyapanya.&rdquo;Hai&rdquo; sapaku, diapun membalas menyapaku sambil tersenyum. &ldquo;Ami, untuk yang kemarin terimakasih ya! Tapi, saya penasaran kata-kata terakhir mu itu artinya apa? saya tak ngerti.&rdquo; Tanyaku, lalu Ami terlihat seperti sangat merasa kebingunan diapun akhirnya berbicara walaupun sedikit-sedikit &ldquo;ee&hellip;Anu&hellip;Ee.. iya Ssama-sama! Kalo eee.. kata-kata terakhir itu.. ee&hellip; anu.. eee.. artinya&hellip; &ldquo; baru berbicara sedikit tiba-tiba laki-laki yang kemarin menjemput Ami sudah memanggil Ami, &ldquo;Eee&hellip; Arus, Maaf ya! Nanti saja bicaranya.. aku sudah dijemput!&rdquo; katanya. &ldquo;Oniichan tunggu..&rdquo; teriaknya sambil berlari. Dengan rasa masih penasaran akupun bingung, ditambah lagi Ami memanggil Laki-laki itu dengan sebutan &ldquo;Oniichan&rdquo; apakah itu panggilan kesayangan Ami pada laki-laki itu? mungkinkah laki-laki itu pacar Ami? Hatiku semakin kacau saja saat itu. tak tau harus bagaimana. Lalu aku berfikir untuk menjauhi Ami selamanya saja, karena aku takut aku akan semakin sakit dengan keadaan ini.<br /><br />Tiba di suatu saat, akhirnya masa-masa mengenyam pendidikan di sekolah ini harus berakhir. Ami pun dikabarkan akan pergi ke jepang bersama keluarganya, akupun seperti merasa lega namun itu munafik. Aku merasa sangat tertekan dengan hal itu, aku merasa sangat kehilangan dia, orang yang aku suka semenjak pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah ini. &ldquo;Arus..!!&rdquo; Panggil Ami, aku piker ini mungkin percakapan terakhir ku dengannya untuk selamanya, maka aku harus menyampaikan semua yang aku ingin sampaikan sekarang. &ldquo;Ya, Ami? Katanya kamu akan pergi ke jepang minggu depan?&rdquo; tanyaku. Ami pun menatapku dengan wajah tertekan dan mengangguk. &ldquo;Iya, Arus&hellip; &ldquo; dia seperti ingin mengatakaan sesuatu padaku, namun aku ingin duluan menyampaikan kata hatiku kepadanya &ldquo;Ami&hellip; Maaf aku mengatakan ini, bukan apa-apa, aku tak mau memendam perasaan yang ada dalam hatiku untuk selama ini, aku pikir mungkin ini adalah percakapan terakhir kita. Aku sepertinya akan pergi dari hidupmu selamanya, lenyap bersama hembusan angin yang telah berlalu. Ami, untuk sekali dalam hidupku Aku ingin mengatakan Aku Suka Kamu&rdquo; akhirnya akupun merasa lega atas semua yang telah aku ucapkan, ku lihat wajah Ami yang mulai memerah, dia terlihat seperti sedang melihat apa yang belum pernah dia lihat sama sekali. &ldquo;Arus&hellip;&rdquo; dia menyebut namaku dengan wajah yang terheran. Beberapa saat kemudian, dia berhenti memandang wajahku, dia menungkulkan kepalanya dan memandang tanah yang ada dibawahnya kemudian dia tersenyum. <br />Hal ini membuatku heran, dan ingin tahu apa yang akan terjadi berikutnya. &ldquo;Arus..&rdquo; dia menyebut namaku lagi, &ldquo;Kau ingat beberapa bulan lalu aku mengatakan sesuatu padamu?&rdquo; tanyanya. &ldquo;Kata-Kata itu kah?&rdquo; jawabku. &ldquo;Ya, aku ingin mengatakan bahwa sebenernya aku&hellip; s&hellip;s&hellip;suka kamu Arus. Aku ingin kamu mengungkapkannya lebih dulu padaku, namun kau sudah terlalu lama berdiam diri dengan perasaanmu padaku, yang akhirnya membuat aku tak mampu lagi untuk menunggu. Maka aku ungkapkan padamu perasaanku, walaupun dengan bahasa yang tidak kau pahami sama sekali. Bukan maksudku untuk menyombongkan diri, namun aku tak mampu untuk mengatakan padamu terlebih dahulu. Arus,sekali lagi aku ucapkan bahwa aku suka kamu sejak pertama aku menginjakan kaki di sekolah ini.&rdquo; Ungkapnya. Ungkapan yang membuatku sulit untuk mempercayainya, lalu aku bertanya kepadanya mengenai laki-laki yang setiap hari menjemput dan mengantarnya. Lalu diapun menjawab bahwa itu adalah kakaknya, dia menegaskan dia memanggil kakaknya Oniichan karena sudah menjadi kebiasaan sejak ia kecil. &ldquo;Arus, apakah kau tau? Disaat kamu sudah tidak peduli lagi dengan ku. Itu sangat sakit. Aku merasa aku telah mati, aku merasa aku sudah menjadi manusia buangan. Aku mohon arus, kau tak boleh melakukan itu lagi!&rdquo; ungkapnya lagi. &ldquo;Uhmm&hellip; Maaf ku tuturkan pada lukamu dengan bersungguh-sungguh. <br />Aku meminta maaf Ami, bukan maksudku untuk menyakiti mu Ami. Aku hanya tak mau terus menyiksa perasaan ku yang menginginkanmu. Maka aku menjauhimu, aku tak menyangka itu bisa membunuh hatimu. Aku tak menyangka hal itu, karena aku piker kau tidak memiliki perasaan apa-apa padaku! Aku tak akan pernah melakukan itu lagi, karena minggu depan kita sudah terpisah oleh jarak yang membentang memisahkan kita.&rdquo; Kataku. &ldquo;Bukankah kita masih punya waktu 1 minggu lagi untuk bersama?&rdquo; tanyanya yang membuatku heran dan terkaget, apakah itu tandanya dia mau untuk menjadi kekasihku. Dengan lantang aku berkata padanya, &ldquo;Ami dengan separuh hatiku, akankah kau mau menjadi kekasihku?&rdquo; Ami pun tersenyum dan mengangguk tanda dia mau. Betapa senangnya hatiku kala itu, gadis yang aku impikan selama 3 tahun lamanya akhirnya di saat ini telah menjadi kekasihku. Tanpa kami sadari, orang-orang di sekitar tempat itu memperhatikan kami. Dan merekapun bertepuk tangan. Wajah kami menjadi merah dan akupun izin pamit kepada Ami untuk pulang.<br /><br />Seminggu telah berlalu, tiba saatnya bagi Ami untuk pergi ke Negara kelahirannya. &ldquo;Ami, jaga dirimu. Jaga hatimu! Maukah kau menunggu ku? Aku akan menyusulmu Ami, ke negeri sakura! Ingatlah janjiku.&rdquo; Ucapku di Bandara, &ldquo;Benarkah? Aku akan selalu mengingat janjimu. Aku akan selalu menjaga diriku, dan menjaga hatiku! Arus, kejarlah aku kelak disaat kau telah mampu mengejarku. Genggamlah aku, jangan sampai aku terlepas dari genggamanku. Sampai jumpa Arus!&rdquo; Kemudian Ami masuk ke dalam pesawat dan meninggalkan ku disini, sendiri. &ldquo;Aku akan menyusulmu Ami!&rdquo;<br /><br />Akupun terbangun dari bayangan masa lalu ku. Spontan ku katakana, &ldquo;Ami&rdquo; aku tak menyadari aku mgnucapkan nama itu. &ldquo;Tiba saatnya bagiku untuk pergi menyusulmu, Ami, Siapkan dirimu. Aku akan menyusulmu!&rdquo; tiba-tiba aku mendapat E-Mail dari seseorang yang berisi &ldquo;Hai, Arus. Bagaimana keadaanmu sekarang? Sehat? Sudah 7 tahun kiranya kita tidak bertemu ya! Kapan kau akan kesini?&rdquo; ternyata E-Mail dari Orang yang aku sayangi dari jarak jauh, aku snegaja tidak membalasnya karena hari ini aku akan pergi ke jepang, memenuhi janjiku untuk menyusulnya!. Akupun bergegas pergi ke Bandara dan masuk ke Pesawat sesegera mungkin. Dan pesawatpun berangkat.<br /><br />Dengan hati yang sudah tak tahan, aku ingin segera bertemu dengannya. Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Pesawat telah mendarat dengan selamat, akupun menaiki kereta menuju kota dimana Ami berada. Sekiranya sekitar 30 menit kemudian, aku tiba di kota dimana Ami tinggal. Tanpa banyak kesulitan akupun berhasil menemukan rumah yang dikatakan Ami tinggal disana. Ku ketuk pintu itu, dan orang yang aku sayangipun membuka pintu dan kamipun saling berpandangan agak lama seperti tak percaya bahwa orang yang ditunggu telah ada di hadapanku langsung.<br />&ldquo;Ami&rdquo; kataku. &ldquo;Arus&rdquo; katanya, akupun langsunng memeluknya &ldquo;Arus, aku merindukanmu! Aku menunggumu. Aku terkaget kemarin kau tak membalas Emailku, aku sangat khawatir Arus. Dan sekarang, Kau berada di depanku. Sangat tidak bisa aku percaya&rdquo; Kata Ami sambil menjatuhkan air matanya. &ldquo;Aku tak mungkin mengkhianati janjiku Ami.&rdquo; Tegasku.<br /><br />Tak lama setelah itu kamipun menikah, &ldquo;Tak ku sangka, sekarang kita sudah menjadi sepasang suami-isteri&rdquo; kata Ami. Akupun tersenyum memandangnya. Ntah mengapa aku seperti ingin selalu menatap Ami, rasanya seperti hari itu adalah hari terakhir aku dan Ami bersama. Benar saja, setelah itu kecelakaan tragis terjadi. Aku sangat bersyukur, aku bisa menyelamatkan Nyawa Ami. Pada kecelakaan itu Ami terluka parah dan kehilangan banyak darah. Aku sangatlah khawatir pada keadaannya dan keadaan anakku yang dikandungnya. Olehkarena itu, aku meyakinkan diri untuk mendonorkan darahku, dan organ-organ tubuhku yang lain kepada Ami. Aku sadar, aku akan mati. Tapi aku lebih tak mau Ami dan Anaku yang dikandungnya meninggalkanku lebih dulu, kutulis sepucuk surat &ldquo;Selamat Tinggal! Tersenyumlah wahai kekasihku, maka akupun akan tersenyum&rdquo;.<br /><br />Dengan hati yang yakin akupun memasuki ruang operasi untuk mendonorkan organ-organ tubuhku. Kala itu aku berkata &ldquo;Inilah hal terakhir yang aku lakukan. Oh tuhan, Sambutlah aku disisimu!&rdquo; hal terakhir yang kulihat dan kurasaakan adalah saat Dokter menyuntikan obat bius ke tanganku. Setelah itu, aku tak mampu merasakan apapun, tak mampu melihat apapun, tak mampu mendengar apapun, akupun berbicara dalam hatiku &ldquo;Apakah ini yang dinamakan Mati?&rdquo;<br /><br />Tiba-tiba aku terbangun di sebuah taman yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Di taman itu terdapat sebuah kolam, akupun menghampiri kolam itu dan saat aku memandang kolam itu, aku melihat Ami. Dia tampak begitu sedih, namun tiba-tiba seorang anak kecil datang menghampirinya, Diapun kemudian tersenyum. &ldquo;Oh tuhan, apakah dia anakku?&rdquo; tanyaku dalam hati.<br /><br />Akupun tersenyum.
P R O L O G

~Tuhan, adakah bentuk cinta tertinggi selain menyelipkan namanya dalam setiap panjatan doaku? Aku sungguh mencintainya Tuhan.. ~

Jumat, 24 April 2015

Cerpen

TUJUH YANG HILANG
Natashaaa!! Cepat bangunn... Udah jam tujuh, ntar kamu telat* teriak mamaku dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamarku.Aku yang baru tersadar dari tidur langsung melongok kearah jam beker disamping tempat tidurku "HA?Udah jam 7??!! Aku bisa telat. Mana ini hari pertama MOS lagi, bisa habis aku nanti sama kakak-kakak seniorku dan aku pun langsung berlari kekamar mandi. Aku tak sempat sarapan, jadi aku hanya mengambil rotiku dan menaruhnya di mulut yang dibuat mamaku tadi pagi sambil berlari menuju mobil dengan menenteng sepatuku. Tenang neng,serahkan saja semuanya sama bapak,neng tidak akan terlambat kok&rdquo;. Aku percaya sama pak Jaya, soalnya dia sudah menjadi sopir keluarga ku selama 3 tahun. Tetapi yang membuatku khawatir yaitu jalanan yang sangat ramai seperti semut-semut yang berkerumunan. Kalau seperti ini aku bisa terlambat sampai disekolah. Dan aku tetap memutuskan untuk datang kesekolah, walaupun aku tau aku bakalan dihukum karena sekarang sudah jam 7.20, sedangkan bel masuk jam 7.15.<br />Tujuh yang Hilang<br />Sesampai di sekolah, aku melihat senior-senior memandangku dengan pandangan yang mengerikan. Lalu aku melihat ada juga seorang murid yang terlambat . &ldquo;Nampaknya kita punya mangsa baru nih&rdquo; kata salah satu kakak senior itu. Nampaknya kami akan dikerjai habis-habisan. Dan ternyata benar saja dugaanku. &ldquo;Hei kalian!kenapa kalian datangnya terlambat?!kalian sudah tau kan peraturan disekolah ini. Bel bunyi pukul 7.15. Atribut kalian juga tidak lengkap. Kalian ini niat engga sih sekolah?!&rdquo; teriak salah satu seniorku yang dari wajahnya saja sudah mengerikan. Jelas aku takut melihat 4 orang senior berdiri tegak dan melotot kearahku. Tetapi yang aku herankan mengapa cowok disampingku ini tidak ada rasa takut sedikitpun. &ldquo;Tadi aku bangun kesiangan kak,karena awalnya aku malas datang hari pertama MOS ini, jadi aku belum buat atribut untuk MOS&rdquo;jawab cowok itu dengan santainya. &ldquo;Kalau kamu kenapa datang terlambat?&rdquo;. &ldquo;tadi....sa..saya.. bangun nya..kesiangan kak&rdquo;jawabku terbata-bata sambil menunduk. Baru kali ini aku sampai setakut ini dengan kakak kelas. <br />Wajahku semakin pucat ketika kami disuruh berdiri didepan semua peserta MOS dan juga semua kakak-kakak kelas. Sebagai hukuman cowok disebelahku disuruh untuk menggombalin aku didepan semuanya. &ldquo; Cewek, kamu cantik banget deh. kamu membuat aku terpesona, aku engga bisa memalingkan pandanganku dari wajahmu yang cantik itu. Bener ga semua?&rdquo;. yaampun.. ini anak ga ada takutnya ya. Masih aja sempat nanya pendapat yang lain kataku dalam hati. &ldquo;hahahaha..emang enak aku kerjain. Wajah mu pucat banget . Penakut banget ya lo&rdquo;bisik cowok ini ketelingaku. Aku menjadi semakin panas mendengar perkataannya. Kami pun disuruh balik kebarisan kami masing-masing. Ternyata aku dan dia satu gugus digugus 7.<br /><br />Seselesainya upacara pembukaan MOS, semua siswa pun berlari kekelas masing-masing. Termasuk kami peserta MOS. Kelas ku berada disebelah perpustakaan. Suasana kelas hening walaupun guru belum datang. Ketika guru kami tiba, ia pun menjelaskan tentang tata tertib disekolah ini. Tetapi sebelum itu kami disuruh memperkenalkan diri masing-masing didepan kelas. &ldquo;hai semua. Namaku Nicolas, panggil saja Nico&rdquo;. Ooo..ternyata nama cowok ngeselin itu Nico. Ketika gilirinku tiba, aku pun segera maju kedepan kelas. Tiba-tiba aku tersandung, seisi kelas mengetawakanku. Ketika aku berdiri dan melihat ternyata orang itu adalah Nico yang super nyebelin. &ldquo;iiihh..kamu ini ngeselin banget . Malas aku punya teman seperti kamu!&rdquo;ucap ku dengan nada yang sangat kesal. Dengan terpaksa aku melangkahkan kakiku kedepan kelas.<br />Dihari kedua MOS Nico belum puas mengerjai aku. Sewaktu aku sedang makan bekalku pada jam istirahat, Nico memukul punggungku dengan keras sampai aku tersedak. Setelah itu dia mengambil tasku dan membawanya lari keluar kelas. Akupun langsung mengejarnya. &ldquo;Lambat banget sih lari lo. Gitu aja engga bisa. cepatan dong!!&rdquo;. Ia semakin membawa tas ku lari. Tetapi mengapa orang-orang disekelilingku menertawaiku?apa yang salah denganku?.ahh..biar aja deh mereka ketawa. Mana ku pikirin kataku dalam hati. &ldquo;Ihhh Nico!kasih tas ku!kamu jangan gitu lah!masa Cuma berani sama cewek!&rdquo;. Setelah puas tertawa, Nico pun memberikan tasku. <br />Akupun menuju kelasku. Sambil berjalan menuju kelas aku masih mendengar suara tawa dari murid-murid lain. &ldquo;ehh sha, apa itu dipunggung mu?&rdquo;. &ldquo;Ha? Ada apa?perasaan engga ada apa-apa kok del&rdquo; balasku kepada Adel yang merupakan teman dekat ku semenjak hari pertama MOS. Karena penasaran aku memegang punggungku dan aku mendapati secarik kertas. &ldquo;kertas apa ini??!&rdquo;tanya ku kaget. Dan aku pun segera membaca tulisan dikertasku. Setelah membacanya aku sangat terkejut dan langsung berteriak &ldquo;NICO!!!&rdquo;. &ldquo;yasudah yang sabar aja ya sha. Kamu jangan kesal terus sama dia. Nanti jadi suka lho&rdquo;goda Adel. &ldquo;iii..apaan sih kamu del. Engga mungkin lah aku sampai suka dia.sampai kapanpun aku enggak akan suka dia&rdquo;. &ldquo;jangan ngomong gitu. Kalau kamu suka dia kamu harus beliin aku apa yang aku mau ya&rdquo;. &ldquo;Okee. Pokoknya mulai hari ini aku benci sama dia. Titik!&rdquo;jawabku dengan pasti.<br /><br />Keesokan harinya aku tidak melihat wajah Nico sama sekali. &ldquo;Ardi kamu tau ga Nico kemana?&rdquo;tanyaku sama teman sebangku Nico. &ldquo;tumben nyariin. Kangen ya sama dia?&rdquo;. &ldquo;engga kok. Engga. Aku engga kangen dia. Aku....cumaa..hmm..aku Cuma mau marahin dia masalah yang kemarin aja&rdquo;. Aku bingung kenapa Nico tidak ada. Dia kenapa ya? Hatiku terus bertanya-tanya. &ldquo;hoy Natasha! Melamun terus&rdquo; kejut Adel dari belakang. &ldquo;oh, Adel..&rdquo; jawab ku tak bersemangat. &ldquo;Hayoo kenapa melamun. Mikirin siapa? Nico ya?&rdquo; &ldquo;ihh, nggak yaa.. malas banget mikirin dia.&rdquo;jawabku dengan kesal. Ketika pembagian kelas, aku sangat berharap sekelas sama Adel. Dan aku tidak mau sekelas dengan Nicolas. Dan ternyata...doaku tidak terkabulkan. Aku sangat terkejut ketika guru kesiswaan kami menyebutkan namaku dan Nico berada dikelas 7.1. Aku juga sekelas dengan Adel, setidaknya aku ada kawan yang dapat melindungi dan menghiburku.<br /><br />Sesuai dengan dugaanku, dia selalu mengerjain aku setiap hari. Sewaktu itu aku sedang ngobrol bersama teman-temanku yang lain. tiba-tiba aku meraa ada sesuatu terjatuh keatas kepala ku. Setelah aku melihatnya ternyata ada seekor cicak. Aku pun langsung menjerit dan meloncat-loncat diatas bangkuku. Tetapi aku mendengar suaru tawa yang sangat kuat dibandingkan yang lainnya, ternyata orang itu adalah Nico. &ldquo;Nico!!kamu ini ga bosan-bosan ya ngerjain aku!pokoknya aku benci sama kamu. Aku ga akan nganggap kamu ada disini!&rdquo; teriakkku. Tanpa ku sadari aku meneteskan air mata. Aku tidak tahu mengapa aku menangis. Mungkin karena aku terlalu kesal, atau mungkin karena aku tidak tega membenci Nico.<br /><br />Setelah beberapa bulan kemudian kami berdua terpilih untuk mengikuti olimpiade matematika. Jadi kami selalu belajar bersama di perpustakaan. Awalnya kami saat hari pertama belajar kami saling jauh-jauhan. Hari kedua dia mulai mengusiliku lagi. Sewaktu aku sedang belajar dia mengejutiku dari belakang sampai aku berteriak keras. Aku sampai dimarahi ibu perpustakaan. Pada hari selanjutnya, tiba-tiba dia minta tolong kepadaku untuk menyelesaikan soal yang tidak dia ketahui. Awalnya aku tidak mau menolongnya, karena aku masih kesal dengannya. Tetapi dia terus meminta tolong untuk menyelesaikan soal tersebut. Dan akhirnya aku mengajarinya. Dan kami akhirnya saling bertukar pikiran tentang soal-soal matematika. Tanpa terasa kami semakin dekat. Kami selalu belajar bersama. Kami juga pergi mancari buku olimpiade sama-sama. ternyata jika sudah mengenalnya lebih dekat, Nico adalah anak yang baik.<br /><br />Hari ini adalah hari ulang tahunku dan dia yang ke 15.<br />&ldquo;selamat ulang tahun ya Natasha&rdquo;ucap Nico kepada ku sambil menyalami ku. &ldquo;iyaaa..terimakasih Nico. Selamat ulang tahun juga ya Nico&rdquo;. &ldquo; Kamu lahirnya jam berapa?jangan bilang kalau kita lahir dibulan yang sama juga&rdquo;. &ldquo;Kata mamakku, aku lahirnya jam 7 malam Nic. Kalau kamu?&rdquo; . &ldquo;oooo..untunglah, aku lahir jam 7 pagi&rdquo;. &ldquo;Iya??berarti kita sama-sama 7 dong. Tanggal 7 bulan 7 jam 7 tahun 1997. Keren ya&rdquo;ucapku sambil tertawa karena tidak menyangka bahwa kami sama-sama lahir dinuansa7. &ldquo;iyaayaa..hmm..gimana kalau..hmm&rdquo; kata Nico gugup. &ldquo;ada apa Nic?gimana kalau apa ni?&rdquo;aku pun menjadi penasaran. &ldquo;gimana kalau kita pacaran aja. Jadi kita jadiannya juga tanggal 7 bulan 7. Kamu mau ga?&rdquo;. Baru kali ini aku melihat wajah Nico menjadi pucat seperti sekarang ini. &ldquo;HA?APA?yaampun Nico. Soryy...bagaimana kalau kita sahabatan aja. Aku takut kalau kita pacaran nanti kita bisa saja menjadi musuh lagi. Kalau sahabat kita bisa bersama selamanya&rdquo;jawabku dengan wajah yang santai. <br />Aku berusaha menutupi perasaan kagetku, aku masih terlalu kaget mendengar itu. Tetapi aku juga senang, karena diam-diam aku juga sudah mulai suka sama dia. Tapi aku takut pacaran, jadi aku memutuskan untuk menjadi sahabatnya. &ldquo;oogitu..yasudah deh. engga apa kok Sha. Tapi kamu harus janji kalau kamu engga akan ninggalin aku selamanya ya&rdquo; &ldquo;iyaaa deh Nico bawel&rdquo;. Mendengar perkataanku tadi ia pun langsung mencupitku.<br /><br />2 tahun kemudian.<br />Hari ini adalah hari ulang tahunku dan dia yang ke 17, dan juga hari persahabatan kami yang ke3. Aku sangat senang. Kami sudah membuat acara untuk merayakannya. Namun tiba-tiba mamanya Nico menelponku bahwa Nico sedang koma dirumah sakit. Jadi aku segera cepat-cepat pergi kerumah sakit. Sesampai dirumah sakit aku segera berlari kekamar tempat Nico dirawat. Sesampai aku disana kulihat Nico sedang tertidur dalam komanya. Tapi aku tetap duduk disampingnya sambil mengingat masa laluku bersamanya. Bagaimana dulu ia mengerjaiku sampai aku kesal dan sangat membencinya. Bagaimana aku bisa menjadi sahabat dan dekat dengannya. <br />Tiba-tiba terbentuklah sungai dipipiku, semakin lama semakin deras saja. Dan tiba-tiba ada yang memegang tanganku. Setelah aku mengusap air mataku ternyata Nico sudah terbangun dan memegang tanganku."Natasha, kamu jangan sedih lagi. Aku tidak mau melihat kamu menangis. Kalau kamu nangis itu juga membuatku sedih. Sha, aku rasa aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit dikepalaku ini.&rdquo; &ldquo;Nic, tolong berjuang. Jangan menyerah! Kamu harus sembuh! Kamu harus bertahan! Tolong jangan tinggalin aku!!&rdquo; ucapku sambil menangis dan Nico hanya tersenyum kepadaku. Tiba-tiba matanya terpejam. Aku terkejut melihat alat pendeteksi detak jantung telah menunjukkan garis datar. Akupun langsung berteriak memanggil dokter sambil menangis histeris. Dan aku mendengar suaru sepatu yang sedang berlari kearahku, semakin lama suaru itu semakin kuat. Dan tiba-tiba dokter dan juga sang perawat sudah berada disampingku. Ketika itu ia mengatakan kata-kata yang tidak ingin aku dengar. &ldquo;kami mohon maaf, nyawa Nico tidak dapat kami selamatkan&rdquo;. <br />Ketika itu juga aku beserta kedua orangtua Nico sangat kanget mendengarnya. Aku terus menatap wajahnya, ingin rasanya aku menangis, tetapi aku ingat akan pesan terakhirnya. Aku tak ingin melihatnya menangis disana, aku ingin ia tenang dialam sana. Mungkin ini adalah kesempatan terakhirku untuk dapat terus manatapnya. aku tidak akan melupakanmu Nico,aku akan selalu mengingat masa-masa kita saat kita bersama. Dan aku tak akan melupakan momen-momen tujuh yang sangat berarti dalam hidupku bisikku ketelinga Nico.</p>

Cerpen

AKU MENCINTAIMU
Kutemukan siluetmu dalam memoriku. Dikala senja kemuning menyelusup pekatnya kesedihan. Waktu adalah luka terbesar dalam hidup. Luka, bagi mereka yang hidup dalam kenangan. Termasuk aku. Aku ingat, senja lalu tak pernah seperih ini. Tak ada potongan-potongan kecil memori yang mengiris hati yang rapuh. Aku mencintaimu. Dulu, kini dan nanti. Aku tidak memilih mencintaimu. Namun takdir telah memutuskan, aku akan hidup untuk mencintaimu. Meski kau tak hidup untuk menerima cintaku. Aku masih mengingatnya. Tiga tahun yang lalu. Kala itu kau masih berupa putri kecil yang mencoba tumbuh dewasa. Sedang aku pria biasa yang kekanak-kanakan. Aku tidak pernah tahu, dari sekian banyak pria di bumi ini. Kenapa kau harus menitipkan sedikit cintamu padaku. Pada pria yang baru kau temui 4 hari. Pada pria yang baru satu jam kau ajak berbincang melalui pesan singkat. Dan entah mengapa akupun menerimanya. Mungkin ini yang dinamakan rencana tuhan.<br />&ldquo;aku sayang kamu&rdquo;<br />&ldquo;hm gombal&rdquo;<br />&ldquo;serius&rdquo;<br />&ldquo;hm iya iya&rdquo;<br />&ldquo;kamu sayang aku ga ?&rdquo;<br />&ldquo;gatau&rdquo;<br />&ldquo;iih serius&rdquo;<br />&ldquo;hehe iya aku sayang kamu&rdquo;<br /><br />Aku Mencintaimu<br />Kau pun berlalu dengan senyum manis berpendar di bibir tipismu. Meninggalkanku tertinggal di pekatnya jalan cipaganti. Tak banyak waktu berdua yang kau habiskan bersamaku. Satu-satunya waktu itu adalah setiap hari sebelum kita berangkat sekolah. Berbagai alasan pun muncul, sekedar mengerjakan pr, menunggu waktu sekolah, atau mempelajari sedikit materi ketika akan ujian. Namun itu tak lebih dari sekedar alasan agar aku bisa menghabiskan waktu berdua. Mendekapmu dalam bisu, atau mencumbu bibir tipismu dalam rindu.<br /><br />Hari ini. Tepat tujuh tahun sejak janji itu. Aku bukan remaja kekanak-kanakan lagi. Kini aku telah menjelma pria dewasa yang siap bersaing di tengah masyarakat. Dengan gelar sarjana pendidikan yang sebentar lagi aku dapatkan, aku siap membuka sebuah cabang baru restoranku. Cukup membingungkan bukan. Cita-citaku dari kecil memang membuka sebuah restoran. Selain karena aku menyukai makanan, faktor ayahku yang seorang koki pun mendorong cita-citaku untuk menjadi kenyataan. Sehari yang lalu aku memberanikan diri memfollow twitternya. Sekaligus memention untuk memintanya hadir di acara wisudaku. Namun Tidak ada balasan dari dia. Entah dia tidak membacanya atau dia memang malas untuk membalasnya.<br /><br />Hari ini aku dengan togaku bersanding dengan ibuku yang mengenakan kebaya merah berpadu kerudung krem. Sedang ayahku. Ayahku melihatku dari sana, dari dunia tempat mereka yang tiada. Dalam riuhnya susasana wisuda, aku membalas ucapan selamat dari kawan-kawanku. Diselingi sekali, dua kali jepretan dari tukang foto. Hingga acara wisuda itu selesai. Dia tak datang. Entah apa alasannya. Namun aku pun tidak terlalu mengharapkannya. Aku mengerti, enam tahun tidak berkomunikasi. Lalu tiba-tiba hadir hanya untuk memintanya datang ke acara wisuda pria yang pernah menyakiti hatinya. Ya dua kali aku menduakannya. Namun aku hanya pria kekanak-kanakan waktu itu. berbeda kini yang mengerti artinya sebuah ketulusan.<br /><br />Melalui silir senja, matahari pun kembali ke belahan lain. Meninggalkan malam sebagai gantinya. Iseng-iseng aku membuka twitter. &ldquo;selamat ya udah jadi sarjana. Maaf aku ga bisa dateng&rdquo; sebuah balasan darinya menghiasi muka laptopku. Jujur saja, aku sangat bahagia waktu itu. Sepertinya dia sudah mulai melupakan kesalahanku dulu. &ldquo;makasih ya. Iya gapapa hehe&rdquo; jawabku dengan sigap. Malam itupun terasa indah seperti dulu. Malam yang tak pernah kudapatkan selama enam tahun ini.<br /><br />Sejak hari itu, kamipun berbalas pesan. Aku rasakan canda tawanya yang dulu riuh diantara kita. Meski tak melihat wajahnya, namun setiap balasan yang ia buat slalu membawaku kepada memori dia tujuh tujuh tahun lalu. Sepertinya cemeti cinta mulai mengiris hatiku lagi. Dan aku bahagia. Sebulan sudah kami berkomunikasi lagi. Tidak lagi di twitter, namun kini sudah melalui pesan singkat bahkan sesekali menelfon. Tak jarang pula kami menghabiskan waktu berdua berkeliling mendatangi tempat-tempat hiburan di bandung. Dan aku rasa hubunganku pun sudah lebih membaik dengannya, dan aku pun berharap akan semakin membaik. Semoga saja ada kesempatan dimana aku bisa mengulang kembali kenangan bersamanya. <br /><br />Namun malam itu aku berharap aku tak pernah bisa berkomunikasi lagi dengannya. Malam itu dia menelfonku dengan tersedu, aku sendiri bingung dengan tingkahnya. Namun tak lama kebingungan itu pun berubah menjadi kebencian dan kepedihan. Sedikit penjelasan lalu dia mengundangku untuk menghadiri acara pernikahannya esok hari. Tanpa banyak kata aku mengiyakan dan langsung menutup telfonnya. Aku kehabisan kata, malam itu aku habiskan dengan melamun sepanjang malam. Entah apa yang aku lamunkan. Hanya kosong yang ada dipikiranku. Sebulan yang lalu ketika aku mengundangnya di acara wisudaku, dia bertunangan. Bertunangan dengan pria yang sudah menjadi kekasihnya enam tahun sejak kepergianku. Sakit memang, namun inilah kenyatannya. Inilah rencana tuhan. Rencana untuk menjadikanku gangguan sebelum dia menikah dengan kekasihnya. Ya memang banyak yang bilang, ketika akan menikah akan ada gangguan yang kuat, yaitu orang dari masa lalu. Tetapi aku tidak pernah berpikir jika akulah yang akan menjadi orang masa lalu itu.<br /><br />Esoknya aku datang ke pernikahannya. Menggenakan celana dan jaket jeans. Aku terlihat mencolok dibandingkan orang lain yang mengenakan batik ataupun jas. Aku terlihat lebih urakan. Di depan pintu masuk aku melihatnya tersenyum menyalami orang-orang yang datang. Senyum penuh kebahagiaan menurutku. Tapi entahlah. Sedikit demi sedikit senyum itu mulai memudar dari bibirnya, seiring dengan tubuhku yang mulai mendekat. Setiap langkahku kurasakan hatiku semakin sakit, terasa seperti dikoyak ribuan kesakitan. Aku tarik nafas sedalam-dalamnya, lalu aku tersenyum sembari menjabat tangan mempelai prianya. Ketika aku akan menyalaminya, kulihat embun dimatanya menetes. Riuh, membuat orang yang melihatnya keheranan. Sontak aku berbisik ditelinganya &ldquo;kau jangan menangis, ini sudah rencana tuhan. Jika kita tak bisa bersatu di dunia, mungkin kita akan bersatu di akhirat. Aku mencintaimu, dari awal hingga nanti. slalu&rdquo;. Akhirnya diapun mengusap air mata di pipinya. Dan aku pergi melihatkan diriku yang mulai membias dari kerumunan orang-orang.<br /><br />Setahun adalah waktu yang dirasa tuhan cukup untukku denganmu. Namun enam tahun masih dirasa tuhan belum cukup untukku melupakanmu. Dan entah mengapa aku masih berharap bisa merasakan cinta yang dulu pernah kau berikan. Mereka slalu menanyakan, kenapa kau harus berhenti di wanita pendek, gendut dan lebih tua darimu. Sedangkan diluar sana masih banyak wanita yang lebih cantik dan lebih segalanya dari dia. Bahkan wanita yang telah kau sia-siakan pun lebih darinya bukan ? namun mereka tidak pernah mengerti. Cinta tidak perlu sebuah alasan, hanya perlu sebuah ketulusan.<br /><br />PROFIL PENULIS<br />Nama : Tri Cahyana Nugraha<br />Add fb : Tri Cahyana Nugraha<br />Follow twitter : tricnugraha<br />Blog : tricahyananugraha.blogspot.com<br />Email : tricahyana1993@gmail.com</p>

Selasa, 14 April 2015

P r o l o g

"Menunggu adalah pekerjaan untuk orang yang memiliki keyakinan. Bahkan ketika yang ditunggu berkali-kali tidak muncul, bahkan ketika situasi berganti menyebalkan, bahkan ketika orang lain sudah mengambil jalan lain, dia tetap yakin."

Selasa, 07 April 2015

Prolog

Ternyata kamu adalah ketidak mungkinan yang aku semogakan,
Ketika angin duta suara menyampaikan pesan pahit yang begitu menenggelamkan jiwa yang semakin rapuh dalam penantian, namun sayang nya hati ini tidak mempunyai rasa lelah, entah sampai kapan penantian ku dapat menyikap tabir kepalsuan...
Cinta dalam diam

Namaku Putri, aku biasa dipanggil Puput. Aku masuk salah satu universitas islam di Bandung. Walau basic ku dari SMA. Hehehe. Hari pertama masuk kuliah, di kelas ku melihat sosok pria yg misterius. Dia tampan, sangat pendiam, putih, tinggi dan cukup menarik perhatianku juga rasa penasaranku. Hari demi hari ku lalui, rasa keingintahuanku tentangnya pun terjawab. Pria itu bernama Hilman, dia pintar dan aktif dikelas, aku kira dia orang yang pendiam, tapi ternyata tidak juga. Lama kelamaan lincahnya terlihat, dia bawel, gokil pula, dan yang paling aku terkaget itu dia seorang pemain biola. Hmmm... waw.
Dengan berjalannya waktu kitapun saling mengenal satu sama lain, yang awalnya aku dan Hilman sangat kaku sampe kemudian kami menjadi teman dekat, bahkan lebih dekat dari sahabat. Aku selalu menceritakan semua kejadian yang menimpaku, dari cerita susah, senang, sedih, dan sebagainya begitu pula dengannya. Dia pria yang sangat baik dan mengerti aku. Dia tempat curhat yang asik, tempat sharing pelajaran yang menyenangkan. Dan pria yang penuh dengan kharisma, sehingga banyak perempuan lain yang kagum padanya.<br />Cinta Dalam Diam<br />Aku seperti buntut baginya, kemanapun dia pergi, aku selalu mengikutinya. Dari mulai dia futsal, main dengan teman temanya dan mereka juga temanku, sampai satu organisasi pun bersama. Dia yang selalu ada saat aku membutuhkan bantuan. Dari mulai meminta bantuan menyelesaikan tugasku, mengantarku pulang, sampai menemaniku jalan jalan. Seakan akan dia itu ambulan yang pada saat aku keluar dari pintu gawat darurat, dia selalu ada. Banyak orang yang menyangka kita pacaran. Oh... itu tidak mungkin. Hahahah<br />&nbsp;<br /><br />Sampai suatu hari, entah apa yang terjadi padaku? Ketika aku melihatnya bermain biola di taman kampus, hatiku berdegup kencang, tanganku berkeringat, lidahku kelu, bahkan kakiku sampai gemetar, tak mampu ku melangkahkan kaki untuk berpaling darinya. Ku tutup mataku agar aku mendapat ketenangan. Tapi saat ku terpejam.....<br />&ldquo;Put, lagi apa berdiri disini?&rdquo; serentak aku terkaget mendengar suaranya.<br />&ldquo;Panas tau. Sini temenin aku latihan biola!&rdquo; hilman mengagetkanku, kemudian kubuka mataku.<br /><br />&ldquo;eh... heheheh Hilman. Lagi diem aja, nyari tukang dagang nih laper.&rdquo; Sanggahanku<br />&ldquo;hahaha put... put... sejak kapan ada tukang dagang keliling masuk kampus? Ngaco nih kamu, saking laparnya ya? Kamu mah lapar mulu deh perasaan. Yuk, aku traktir makan. Hari ini aku jadi pemadam kelaparan kamu. Hahaha&rdquo; ledeknya padaku<br />&ldquo;eh... iya. Lupa. Hehehe asik.... makan.....&rdquo; jawabku<br /><br />Aku berusaha bersikap seperti biasa dihadapannya, entah sampai kapan aku harus berpura-pura dan berperang dengan hatiku sendiri. Oh... rasanya sangat tersiksa. Aku perempuan yang memang agak sedikit tomboy, aku yang cuek akan keadaan sekitarku, aku yang kadang memalukan diriku sendiri dengan tidak sadar, dan aku yang selalu bersikap paling heboh dan gokil diantara teman temanku termasuk juga hilman.Tapi sesaat kemudian, aku menjadi sosok yang pendiam, jaga image, salah tingkah, dan lain lain jika berhadapan dengannya. Oh.... itu sangat menyebalkan ketika secara tidak sadar aku menjadi orang lain yang amat sangat jauh berbeda dari kepribadianku jika ada dia dihadapanku. Somebody help me<br /><br />Apa ini yang dinamakan cinta? Apa ini yang dinamakan kasih sayang? Apa ini....??? ssstttt.... sudah cukup sampai disitu pertanyaanku. Rasanya perutku lapar jika aku selalu berpikiran hal itu. Oh... tidak..... Aku mencoba berpositive thinking akan keadaanku ini. Ya, agar semuanya berjalan seperti biasanya. Hari demi hari ku lalui seperti biasanya, tugas kuliah yang menumpuk, pekerjaan rumah seperti pembantu rumah tangga, menjadi pembisnis coklat online, dan tentunya have fun dengan sahabatku Hilman walau aku harus merasakan perang batin jika harus berhadapan dengannya.<br />&nbsp;<br /><br />Suatu hari, saat kami sedang kerja kelompok salah satu teman perempuanku mendekati Hilman. Dia bertanya ini itu, ini itu, sampai bosan aku melihatnya bulak balik dihadapan Hilman. Geram rasanya melihat dia, ingin sekali aku menyingkirkannya. Rasa kesal melandaku saat itu, seperti masuk kedalam lubang yang berisi kantung pasir tinju yang siap ku hantam satu persatu. Aduh, perasaan ini timbul kembali. Aku benci.<br /><br />Malam hari ku menulis puisi untuknya....<br /><br />CINTA DALAM DIAM<br />Kumencintaimu dalam diam<br />Karena diamku tersimpan kekuatan harapan<br />Dan cintaku hingga saat ini masih terjaga<br />Mungkin Allah akan membuat harapan ini menjadi nyata<br />Ku ingin cintaku dapat berkata<br />Dikehidupan yang nyata<br />Namun jika tak memiliki kesempatan berkata<br />Biar semua in i tetap diam jika kau bukan untukku<br />Aku yakin Allah akan menghapus cintaku<br />Dengan berjalannya waktu<br />Dan memberi rasa yang lebih indah untukku<br />Yang menjadi jalan takdirku<br />Biar cinta dalam diamku ini<br />Menjadi memori tersendiri<br />Dan relung hatiku menjadi tempat rahasia<br />Kau dan perasaan cintaku ini<br /><br />Puisi ini mewakili semua perasaanku padanya. Aku hanya dapat berkata melalui tinta, dapat berbicara melalui irama, dan dapat bercerita melalui karya. Satu satunya yang membuatku seperti orang bisu yaitu perasaanku ini. Aku tidak ingin terobsesi memilikinya, karena itu akan membuatnya pergi dariku. Cinta dalam diam yang memang tepat untukku. Dia tidak tahu akan perasaanku, sikapnya yang menunjukkanku bahwa dia hanya menganggapku sahabat.<br />Itu tidak masalah untukku, karena berada didekatnya sudah lebih dari cukup, melihat tawanya, mendengar suaranya, dan merasakan kehadirannya sudah membuatku bahagia. Aku mencintainya dalam diam, karena aku tak mau merusak semua ini.<br />&nbsp;<br /><br />Pada suatu hari di kampus, Hilman memintaku untuk menemaninya pergi ke suatu tempat. Ternyata ada sesuatu yang ingin dia beli, kita pergi ke pasar bunga dan membeli 1 rangkaian bunga mawar yang akan dia berikan untuk hari ulang tahu ibunya. Setelah dia mendapatkannya, dia petik satu bunga mawar merah untukku.<br />&ldquo;ini buat kamu put.&rdquo; Sambil memberikan bunga mawar merah itu<br />&ldquo;lah? Buat aku? Untuk apa?&rdquo; tanyaku terheran heran<br />&ldquo;tanda terimakasih, karena udah temenin kesini&rdquo; jawab hilman<br />&ldquo;oh... ya, makasih&rdquo; ku tersipu malu<br /><br />Sungguh hari yang amat sangat luar biasa untukku.hahahaha aku mendapatkan satu bungan mawar dari seorang Hilman? Rasanya seperti melayang ke udara dersama awan awan putih selembut salju yang menjadi bantalanku, dan turun kembali ke bumi dengan pelang indah warna warni yang menjadi perosotanku. ihihihihi WAW... its amazing ya walau ku tau itu tak ada arti apa apa untuknya. Tapi untukku? Itu sangat berarti. Kusimpan bunga mawar itu diatas meja belajarku, disamping fotoku dan Hilman. Rasanya itu sangat serasi. Meja belajarku adalah tempat baru yang menyenangka ke 2 setelah tempat tempat menyenangkan yang ku lalaui dengan Hilman. Karena meja belajarku adalah saksi bisu dari semua pengakuan atas perasaanku. Setiap hari kutuliskan diary atas namanya, tak pernah ku bosan menulis nama Hilman dalam diary ku walau berjuta kali banyaknya. Dan fotoku dengan Hilman yang bersender bunga mawar merah menjadi pemandangan yang menyejukkan hati. Hehehe <br /><br />Tutup pintu hatimu untukku<br />Jika semua yang ku lakukan<br />Karena ingin memilikimu<br />Buka pintu kebencianmu<br />Jika semua yang ku lakukan<br />Hanya ingin mempermainkanmu<br />&nbsp;<br /><br />Aku masih bingung, apa yang harus ku lakukan? Sungguh ini sangat menyiksa batinku. Ketika pada suatu sore, setelah pulang kampu kami pulang bersama. Seperti biasa, jalur taman kota yang kami lewati. Karena suasana sore hari di taman kota sangat menyenangka. Ku berfikir disitu tempat yang tepat untuk mengutarakan perasaanku. Walau ku cegah adanya pertanyaan padanya seperti: apa pendampat Hilman tentangku? Bagaimana perasaan Hilman ke aku? Apa Hilman mau menjalin hubungan denganku? Tidak ingin ku lontarkan pertanyaan itu. Kami tertawa sepanjang perjalanan, dan dia memang bakat menjadi pelawak. Hahaha. Saat kami sedang berjalan santai di taman, tiba tiba.....<br />&ldquo;aaaaa........&rdquo; ku menjerit saat hilman mendorongku ke pinggir jalan.<br />Ternyata sebuah motor hampir menabrakku, dan Hilman melindungiku. Tapi saat ku lihat dia, ternyata motor itu menabrak Hilman. Betapa shocknya aku melihat dia tergeletak tak berdaya dijalan, dengan mata yang terpejam, dan tak sadarkan diri. Aku yang terjatuh dijalan kemudian bergegas lari menghampirinya, tak peduli betapa sakitnya kakiku terbentur batu. Dengan jalan yang terpincang pincang, ku kuatkan diri menghampiri Hilman.<br />&ldquo;Hilman.... Hilman.....&rdquo; teriakku padanya, sambil menolongnya.<br />Ingin ku berkata sesuatu, tapi lidahku terlalu kelu. Seakan hanya namanya yang dapat ku panggil dengan jelas dan lancarnya. Ya, hanya namanya saja.  air mataku meleleh membentuk anak sungai di pipiku. Ini adalah peristiwa yang sangat membuatku terpukul.<br />&ldquo;Ya Alloh, tolong aku. Jangan kau ambil dia pergi dari sisiku dan sampai kau ambil dia ke sisimu. Apa yang harus ku lakukan tanpanya? Aku akan merasa bersalah, dan penyesalan yang amat sangat mendalam karena perasaanku tak dapat berkata dikehidupan nyata.&rdquo;<br /><br />Serentak ku panggil ambulan untuk membawanya kerumah sakit. Dia yang jadi ambulanku saat aku keluar dari pintu gawat darurat, sekarang aku yang memanggil ambulan untuknya? Sungguh menyedihkan. Aku terdiam sepanjang perjalanan menuju kerumah sakit. Entah apa yang harus aku lakukan untuk membantunya bangun kembali?apa canda tawa tadi adalah hal terakhir yang kulakukan dengan Hilman? Apa tadi adalah terakhir kalinya aku mendengar suaranya? Dan melihat nya? Aku mengingat semua kenangan bersama Hilman, kenangan manis yang tak akan bisa terlupakan.<br /><br />Setiba dirumah sakit, kegelisahanku makin menjadi jadi. Setelah ku hubungi keluarganya. Aku menangis dalam dekapan ibunya, ya kami memang sudah akrab satu sama lain. Bahkan seperti anak dan ibu sendiri. Di luar pintu GAWAT DARURAT ku menunggu dengan kegelisahan, tatapan yang penuh dengan sejuta harapan pada satu orang yang keluar dari pintu itu. Semoga aku dapat menjadi ambulan saat Hilman keluar dari pintu gawat darurat, karena biasanya dia yang melakukan itu. Tapi kali ini, aku yang harus menggantikan tugasnya. Saat ada seseorang keluar.....<br />&ldquo;dokter, bagaimana keadaan temanku? Apa dia baik baik saja? Apa dia selamat? Apa dia sehat sehat saja?&rdquo; tanyaku pada dokter itu<br />&ldquo;Maaf, kami tidak dapat menolongnya. Benturan dikepalanya sangat keras, tak ada darah yang keluar, tapi darah itu bergumpal banyak diotaknya.&rdquo;<br /><br />Serentak hal itu membuat harapanku menjadi hancur berkeping keping.<br />&ldquo;Kami ingin melakukan pembedahan, tapi waktu yang tidak memungkinkan, dia menghembuskan nafas terakhir dan membaca dua kalimat sahadat dan memanggil nama &ldquo;Put&rdquo;. Siapa itu?&rdquo; jelas dokter padaku<br />&ldquo; Put? Namaku Putri dok&rdquo; sampai tersedu sedu ku berkata.<br />&ldquo; sungguh dia pria yang mengagumkan. Saat keadaannya sekarat, dia masih mengingat Alloh dan kamu&rdquo;.<br />Lekas ku berlari menghampiri hilman yang sudah terbaring tak bernyawa. Air mataku semakin deras membasahi pipiku. Aku tak dapat berkata apapun lagi. Langsung keluarganya membawa dia kerumah, dan mengurus jenazahnya. Sungguh, aku tak ingin melihatnya dalam posisi di balut kain putih dan wajah yang pucat. Aku penakut, dan tak ingin melihatnya. Tapi ku kuatkan diri untuk selalu mendampingi disisinya sampai tanah terakhir menutupi kuburnya.<br /><br />Hanya do&rsquo;a yang bisa kulantunkan<br />Keikhlasan yang selalu ku genggam<br />Kekuatan yang jadi tumpuan<br />Dan kenangan yang menjadi senyuman<br />&nbsp;<br /><br />Perubahan kepribadianku serentak berubah, aku menjadi sosok yang pendiam, cuek, dingin, dan menjauh dari apa yang ada hubungannya denganku dan Hilman. Rasanya itu sangat menyiksa. Dan penyesalan terbesarku yaitu karena aku belum sempat mengutarakan persaanku sampai dia menutup mata. Teman temanku berkata padaku, bahwa Hilman sangat mencintaiku. Tapi dia tak mau mengatakannya karena takut merusak persahabat kita, dan yang paling ia tidak mau yaitu menjalin hubungan terlarang yang dapat merusak izzah dan iffahku. Hilman yang selalu hadir dalam mimpiku dan membuatku semakin bersedih.<br />Teman teman yang silih berganti menghiburku bahkan tak sanggup membuatku tersenyum. Bunga mawar merah dan foto yang terletak dikamarku menjadi tempat pelamunanku mengingat kenangan manis bersamanya. Semakin lama, semakin layu. Tapi tak ku buang, bunga itu ku simpan baik baik.<br /><br />Ku jalani hari dengan kesendirian<br />Tanpa seorang sahabat yang mengisi ruang dan waktu<br />Rasanya ku ternanam menahan luka yang dalam<br />Hampir saja ku mati rasa padamu<br />Dan hilangkan relung hatiku<br /><br />&ldquo;ketika kau mencintai seseorang, katakan padanya. Tak usah takut akan apapun resikonya. Tapi ingat, janganlah kamu memberinya pertanyaan apapun. Itu akan membuatmu gelisah. Cukup dengan kau jujur atas perasaanmu, itu sudah sangat mengurangi beban hatimu.&rdquo;<br />&nbsp;<br /><br />Satu tahun kemudian, tetap tak ada perubahan padaku. Aku belum kembali seperti dulu, tak ada aku yang ceria, tak ada aku yang bawel, tak ada aku yang gila. Seakan semuanya terkubur bersama kenangan manis disisinya. Pada pagi hari, 14 februari 2013 saat pergi kuliah aku melihat sosok pria yang sedang memegang biola. Aku terkaget saat sosok Hilman yang ada dihadapanku. Tapi kulihat kembali dengan kesadaranku, ternyata bukan. Aku melewat dihadapannya dengan sedikit tersenyum, diapun membalas senyumanku. Pria itu membuatku penasaran. Pada sore hari saat pulang kuliah, hal yang memalukan terjadi. Pada saat itu aku sedang asik sms-an dengan temanku. Tiba tiba saat ku berjalan....<br />&ldquo; awas.....&rdquo; teriak seorang pria di hadapanku<br />Sejenak ku terdiam dan melihat kedepan. Hampir saja aku terjatuh pada kubangan air. Hahaha  itu sangat memalukan. Saat kulihat pria itu, ternyata dia pria yang tadi pagi ku temui.<br />&ldquo;hati hati ya jalannya&rdquo; dengan lembut dia memperingatkanku<br /><br />Rasanya sangat memalukan, kejadian yang tak kulupakan. Rasa penasaranku padawa makin menjadi. Aku cari tahu tentangnya. Dia bernama Adit, dia adalah kakak tingkatku. Dan ternyata kami satu jurusan. Rasanya aku belum pernah melihatnya. Ya, bagaimana aku tahu, setelah kuliah saja aku pulang kerumah karena tidak ada tempat lagi yang kutuju. Dulu selagi Hilman ada, banyak tempat yang terjelajahi bersamanya. Seakan akan, semua tempat itu menjadi neraka untukku, dan aku tak ingin pergi kesana lagi.<br /><br />Hari demi hari ku lalaui seperti biasa, sedikit ada perubahan. Aku mulai tersenyum, setelah kejadian memalukan itu. Teman teman sekelasku senang akan adanya perubahanku. Aku selalu memata matai Adit, saat dia di kampus, di kelas, bahkan saat bermain biola. Rasanya sosok hilman masuk kedalam dirinya. Oh.... tidak mungkin, tak ada yang bisa menandingi Hilman dimataku. Tempat favorit Hilman main biola itu di taman kampus, suasana yang sejuk sangat mendukung. Tapi mengapa Adit juga sering berlatih disitu? Apa benar Adit adalah jelmaan dari Hilman? Oh.... sungguh mengherankan.<br /><br />Makin kesini, aku makin mencari tahu tentangnya. Dari mulai tempat tinggalnya, jadwal kuilahnya, tempat favoritnya, hobinya, sampai makanan kesukaanya. Nah loh? Ko mirip Hilman ya? Tidak mungki itu Hilman, tapi semuanya ada hubungannya dengan hilman. Ku yakinkan bahwa Hilman adalah Hilman, tak ada orang yang menyamainya. Dan Adit adalah Adit, orang yang kebetulan, ya seperti itu adanya. Rasa kagumku pada Adit semakin besar, tapi bukan berarti ku melupakan Hilman. Tidak sama sekali. Karena dia abadi tersimpan disisi lain relung hatiku. Aku yang selalu menguntupi Adit kemana ia pergi. Kejadian yang sama saat dulu bersama Hilman, tapi perbedaannya aku menguntip Adit diam diam. Hehehe<br />&nbsp;<br /><br />Selalu saja begitu setiap hari. Ku luangkan waktu untuk mengikutinya pergi. Sampai ku berpikir aku akan memberikan satu bunga mawar merah untuknya. Aku tak ingin perasaanku ini menyiksa diriku seorang diri. Mungkin jika ku utarakan padanya, dia bisa sedikit mengerti aku dan mengurang bebanku. Dan akhirnya kuputuskan untuk mengutaraknnya, aku mebawa satu tangkai bunga mawar yang menjadi kekutanku yang mengingatkanku pada Hilman. tapi saat ku berjalan di depan rumahnya, aku melihatnya bersama perempuan lain. Dia mengajak perempuam itu kerumahnya. Apa perempuan itu.....? tak sanggu ku lanjutkan kalimatku. Bunga mawar yang ku genggam, serntak jatuh bersama semua anganku. Hancur lebur, membentuk butiran debu.<br />&ldquo;apa ini takdirku? Apa Alloh memang menahan perasaanku hanya untuk Hilman. Dan sengaja membuatku hancur karena Adit.&rdquo; Ku duduk terdiam memetik kelopak bunga mawar.<br /><br />Memang benar, cintaku pada Hilman tak memiliki kesempatan untuk berkata. Bukan berarti dia bukan untukku, tapi memang Alloh mencegahku untuk mengatakan dikehidupan yang nyata. Dan mungkin memberi kesempatanku berkata di kehidupan yang abadi, selamanya. Bunuh diri? Hahaha bodoh. Itu adalah kata yang ku benci. Mungkin Alloh merencanakan sesuatau dengan Hilman. Dia yang tak ingin aku menjalin hubungan terlarang (pacaran) dengan lelaki lain, karena dia mencintaiku. Dan hanya ingin bersamaku di ikatan yang halal bagiku.<br />Biarlah saat ini ku belajar jauh darinya di dunia ini, dia mengajarkanku kesabaran dan keikhlasan. Mungkin dia sedang menguji cintaku, dia sengaja membiarkanku hidup agar rasa rinduku semakin dalam untuknya. Dan suatu saat nanti jika kita bertemu, rindu itu akan lenyap dan berubah menjadi butiran cinta juga kehidupan yang baru.<br />&ldquo; Jangan takut, aku akan mencintaimu seribu tahun, dan akan mencintaimu seribu tahun lebih 